Kata pendidik sudah tidak asing lagi di telinga kita,masyarakat Indonesia.Terlebih melihat semakin banyaknya jurusan tentang pendidikan di universitas negeri maupun swasta.Sebelum mengetahui lebih lanjut, kita perlu tau arti pendidik atau tenaga pendidik itu sendiri.
Menurut UU.No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pengertian guru adalah  tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik ,mengajar,membimbing,mengarahkan,melatih,menilai,dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Kualitas tenaga pendidik memengaruhi kualitas  anak didik yang dihasilkan.Semakin berkembangnya zaman ,semakin berkembang pula teknologi dan pola pikir masyarakat.
Guru dituntut untuk bisa mengikuti perkembangan zaman agar menghasilkan lulusan yang relevansi.Untuk itu diperlukan adanya pendekatan personal antara si guru dengan peserta  didik.
Pendekatan personal adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing masing individu ( Â Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm 117).Pendekatan personal ini sangat mendukung siswa dalam mengetahui potensi diri yang belum ia ketahui.
Selama proses pembelajaran berlangsung ,guru akan dapat melihat fokus masalah terkait dengan perbedaan antara kemampuan minat dan bakat masing-masing peserta didik.
Itu menjadi kunci utama keberhasilan dalam dunia pendidikan,dimana seorang pendidik dapat memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan  si peserta didik.Namun dalam perkembangannya ,pengetahuan seorang pendidik mengenai minat dan bakat peserta didik kurang menjadi fokus utama .
Siswa dituntut perfeksionis.Perfeksionis menurut Hewit dan Flett(Odes,2008) adalah berjuang untuk tidak melakukan kesalahan dan untuk mencapai kesempurnaan dalam setiap aspek kehidupan individu.
Siswa yang pintar akan cenderung diperhatikan dan disayang oleh guru ditimbang dengan mereka yang kurang pintar.Harapan dan tuntutan yang terlalu tinggi ini akan mengarah pada perfeksionisme yang berlebihan.Akibat dari hal ini adalah seorang anak yang berbakat cenderung berprestasi tidak sesuai dengan dengan potensinya (Tjahjono dalam Dessy,2010)
Ketidaksamaan perilaku antara siswa satu dengan yang lainnya akan menimbulkan rasa cemburu dan mengakibatkan siswa ingin menjadi siswa lain yang disayang.