Mohon tunggu...
NABILA AHSANUN NADYA
NABILA AHSANUN NADYA Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa yang aktif dalam dunia broadcasting

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Retorika Dakwah, Perpaduan Seni Bicara dan Ajakan Kebaikan

24 Juni 2024   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2024   22:09 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh Syamsul Yakin dan Nabila Ahsanun Nadya (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Retorika, seni berbicara, sangat dekat hubungannya dengan dakwah, yang secara definisi berarti mengajak orang lain melalui berbicara. Dakwah yang menggunakan bahasa indah dapat memikat pendengarnya, yang disebut dakwah billisan. Dalam retorika, komunikasi verbal bisa berupa lisan maupun tulisan. Hal ini serupa dengan dakwah yang dikenal dengan dakwah billisan (berbicara) dan bilkitabah (menulis). Spektrum dakwah mencakup keduanya, baik berbicara langsung maupun melalui tulisan.

Retorika juga mengenal komunikasi nonverbal, baik tatap muka maupun tatap maya (online). Dalam dakwah, ini dikenal sebagai dakwah bilhal, yang bisa dilakukan secara online atau offline. Dalam retorika, ada bahasa tubuh dan gerakan yang digunakan, serupa dengan dakwah yang menekankan keteladanan sebagai metode penyampaian. Seperti retorika yang berkembang dari seni berbicara menjadi ilmu berbicara, dakwah juga berkembang dari kegiatan agama menjadi kajian ilmiah agama. Retorika yang awalnya adalah warisan budaya kini menjadi ilmu sistematis, begitu pula dakwah yang telah menjadi ilmu dakwah yang logis dan dapat diverifikasi.

Tujuan retorika adalah menyampaikan pesan secara informatif, persuasif, dan rekreatif. Dakwah, yang pesannya meliputi akidah, syariah, dan akhlak, juga dapat disampaikan dengan cara-cara ini. Bahkan, kedua bidang ini sama-sama bertujuan untuk mendidik. Dalam retorika persuasif, dakwah memiliki metode seperti bilhikmah (bijaksana), ceramah, dan diskusi yang disampaikan dengan lemah lembut. Baik retorika maupun dakwah mengharuskan penggunaan bahasa yang tepat, berdasarkan data dan riset, terutama karena pendengarnya semakin kritis dan rasional.

Aristoteles dalam retorika memperkenalkan pathos, logos, dan ethos. Para dai juga harus menguasai ketiganya, baik dalam aspek intelektual maupun spiritual. Namun, ekspresi emosi dalam dakwah bukanlah sekadar retorika. Untuk berdakwah, penguasaan retorika verbal dan nonverbal sangat penting. Sebaliknya, retorika yang baik sebaiknya memasukkan konten dakwah, meliputi akidah, syariah, dan akhlak. Dakwah tanpa retorika akan lemah, sedangkan retorika tanpa muatan dakwah akan kehilangan arah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun