Mohon tunggu...
ahsanul qashash
ahsanul qashash Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo everyone aku Ahsa, aku mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam. Hobiku adalah berenang dan menonton.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rongsokan dan Mimpi: Bagaimana Ibu Nafisa Menemukan Emas di Tumpukan Barang Bekas

22 Oktober 2024   16:52 Diperbarui: 22 Oktober 2024   17:29 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana sekitar rumah ibu Nafisa/ dokumen pribadi

Bantul, Yogyakarta-Ibu Nafisa, seorang perempuan tangguh asal Cirebon, Jawa Barat, telah mengubah stigmatisasi profesi tukang rongsokan menjadi lambang dedikasi dan transformasi hidup. Setelah merantau ke Yogyakarta pada tahun 2012 untuk mencari kehidupan yang lebih baik, Ibu Nafisa bertemu dengan suaminya yang bekerja sebagai sopir di tempat rongsokan. Bersama-sama, mereka tidak hanya bekerja secara fisik tapi juga aktif belajar dan mengamati sistem kerja bisnis barang bekas. Dibawah bimbingan pemilik tempat rongsokan, pasangan ini memperoleh pengetahuan berharga tentang cara mengelola usaha rongsokan, sehingga mereka memutuskan untuk membuka usaha rongsokan sendiri.

Journey Menuju Kesuksesan

Perjalanan menuju kesuksesan Ibu Nafisa tidak lepas dari tantangan-tantangan awal. Mereka membuka usaha rongsokan di Gamping, Daerah Istimewa Yogyakarta, namun menghadapi berbagai kendala termasuk pencarian lokasi yang tepat. Seiring waktu, bisnis mereka tumbuh pesat dan akhirnya menemukan lokasi yang lebih strategis. Selain menghadapi tantangan bisnis, Ibu Nafisa juga harus menjalankan perannya sebagai seorang ibu yang sangat dedikatif. Meskipun pekerjaan sebagai tukang rongsokan menguras banyak tenaga, ia tetap bertekad untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.

Kontribusi Terhadap Lingkungan dan Masyarakat

Usaha rongsokan Ibu Nafisa tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, tetapi juga berdampak besar terhadap lingkungan. Dengan mengumpulkan barang-barang bekas dan mendaur ulangnya, Ibu Nafisa berhasil mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Langkah ini merupakan kontribusi nyata menuju keberlanjutan. Warga sekitar pun mulai sadar akan pentingnya daur ulang dan menjaga lingkungan, beberapa diantaranya bahkan memulai bisnis daur ulang skala kecil atau memilah sampah rumah tangga mereka. Kisah Ibu Nafisa mengajarkan kita bahwa tidak ada pekerjaan yang terlalu rendah jika dilakukan dengan sepenuh hati, dan melalui ketekunan dan komitmen, kita semua dapat menciptakan perubahan positif dan menjadikan dunia tempat yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun