Mohon tunggu...
Ahsanul Amal
Ahsanul Amal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lagi hobi nulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Media Sosial sebagai Alat Marketing Politik Capres 2024

2 Mei 2024   19:32 Diperbarui: 2 Mei 2024   19:34 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pemilihan Presiden 2024 diwarnai dengan beraneka macam marketing atau pemasaran politik dari para capres. Marketing politik dalam pilpres 2024 kali ini lebih banyak ke penggunaan media. Salah satu media yang digunakan adalah media sosial. Hal ini dikarenakan banyaknya pemilih dari kalangan generasi muda yang menggunakan platform tersebut. Semua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden 2024 menggunakan platform media sosial sebagai alat marketing politik. 

Media sosial merupakan alternatif media dalam marketing politik. Marketing politik sebelumnya hanya dilakukan melalui media massa. Media massa yang dimaksud seperti televisi atau koran. Namun, media tersebut kini telah ditinggal oleh banyak orang. Sekarang banyak orang lebih mengandalkan media sosial sebagai alat mencari informasi. Oleh karena itu, media sosial dianggap sebagai media paling bagus untuk dijadikan alat marketing politik.

Pernyataan mengenai media sosial sebagai alat pemasaran yang bagus mengalami perbedaan pendapat. Ada sebagian pendapat yang menganggap bahwa media sosial dapat berpengaruh terhadap munculnya transformasi politik dan memperluas keterlibatan masyarakat. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial sekadar menguatkan sistem yang ada dan tidak mengubah struktur yang ada. Selain itu, dampak negatif dari media sosial adalah maraknya hoaks yang dapat memecah belah bangsa. Namun, media sosial merupakan hal yang tidak bisa dihindari dalam modernisasi kampanye politik (Wisnu, 2013: 71-72).

Menurut saya, penggunaan media sosial sebagai alat marketing politik capres 2024 mempunyai dampak besar. Para calon presiden mendapatkan kenaikan tingkat popularitas. Selain itu, penggunaan media sosial juga memberikan kesan atau stigma baru terhadap pemilih. 

Dalam konteks pilpres 2024, media sosial digunakan sebagai alat marketing politik seperti yang terjadi pada capres 02, Prabowo Subianto. Dampak penggunaan media sosial sebagai alat marketing politik Prabowo adalah kesan baru terhadap Prabowo, yakni 'Gemoy'. Selain itu, kubu 01 juga memanfaatkan media sosial melalui live tiktok. Anies menjadi populer di kalangan generasi muda dan mendapat julukan 'Abah'.

Media sosial dapat dikatakan sebagai alat marketing politik yang bagus. Kemenangan Prabowo-Gibran tidak lepas dari berhasilnya strategi marketing politik melalui media sosial tersebut. Stigma baru, popularitas hingga elektabilitas dapat diperoleh hanya dengan media sosial. Meskipun demikian, media sosial seringkali menjadi sumber masalah karena adanya berita bohong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun