“Katakanlah, perhiasan dunia itu sedikit, dan akhirat lebih baik bagi orang yang bertakwa.” (Qs. An-Nisa: 77).
Dia juga yang menghibur Nabi saat kehilangan Khadijah. Ibu dari al-Mujtaba Hasan dan asy -Syahid Husein. Dialah Fatimah Az-Zahra binti Muhammad Saw.
Sejak kecil ia turut merasakan beratnya dakwah Rasulullah. Tangan kecilnya yang mungil rela membersihkan kotoran unta dari punggung Rasulullah sambil menangis. Saat belia Fatimah muda ikut merasakan kesulitan yang dialami kaum muslimin saat pemboikotan kaum kafir. Ia juga merasakan kekurangan makanan sehingga membuatnya sakit. Ia juga membersihkan darah yang mengucur dari kepala Rasulullah saat terjadinya Perang Uhud.
Ali bin Abi Thalib Ra, pemuda yang disebut Rasulullah “Engkau bagian dariku, dan aku bagian darimu” yang menikahi Fatimah. Ali menikahi Fatimah dengan mas kawin hanya sebuah rompi perang. Tapi beliau tetap ridho dengan kehidupannya. Terbiasa bekerja sendiri, menggiling tepung sampai tangannya kapalan. Memanggul air sampai berbekas di punggungnya, membersihkan rumah hingga pakaiannya penuh debu dan menyalakan tungku sampai membuat pakaiannya penuh arang.
Pernah suatu hari beliau datang pada Rasulullah untuk meminta seorang pembantu, tapi malah nasihat yang ia dapatkan,
“Maukah aku ajarkan kepada kalian yang lebih baik dari apa yang kalian minta tadi? Jika hendak tidur, bacalah takbir 34 kali, tasbih 33 kali dan tahmid 33 kali. Ini lebih baik dari seorang pembantu”, tutur Rasulullah.
Fatimah pemimpin wanita sedunia, menerima dengan lapang hati. Tetap bersyukur kepada Allah dengan kehidupannya yang sangat sederhana.
4. Aisyah binti Abu Bakar Siddiq Ra
Siapa yang tidak kenal sosoknya? Beliau salah satu istri kesayangan Rasulullah Saw. Satu hal yang menjadi kecintaan Rasulullah Saw yaitu kecerdasan dan keluasan wawasannya. Kecerdasan yang yang dimilikinya, akhirnya menjadikan beliau sebagai rujukan berbagai ilmu. Salah satunya sebagai perawi hadis. Dialah Aisyah Ra binti Abu Bakar Siddiq Ra.
Aisyah merupakan sosok yang menyenangkan, karena kecerdasannya dan kelincahannya. Ia sering mendampingi Rasulullah saat perang. Ketika Rasulullah SAW sakit sekembalinya dari haji Wada’ dan merasa bahwa ajalnya sudah dekat, beliau lalu berkeliling kepada istri-istrinya sebagaimana biasa. Pada saat membagi jatah giliran kepada istri-istrinya itu beliau selalu bertanya:
“Di mana saya besok?”