Bendungan Marib merupakan salah satu bendungan tertua yang berada di Kawasan Semenanjung Arab, terletak di reruntuhan kota Marib yang saat ini berada di Yaman, diantara puing – puing reruntuhan kota Marib tidak hanya terdapat Bendungan Marib, terdapat beberapa kuil kuno, dan peninggalan sejarah era Antiquites lainnya sejak jaman Kerajaan Saba hingga Kerajaan Himyar.
Secara topografi wilayah, kota Marib berada di dataran tinggi dan dikelilingi beberapa pegunungan di selatan Semenanjung Arab, membuat daerah yang kemudian dibangun menjadi Bendungan Marib tersebut berbentuk seperti cekungan yang memiliki elevasi menurun terhadap daerah – daerah di Marib yang menjadi pemukiman masyarakat di sekitarnya.
Dibangun awal sejak tahun 1700 SM, Bendungan Marib berfungsi untuk menahan laju debit air hujan yang turun pada musim penghujan yang sebelumnya selalu menggenangi pemukiman disekitar lokasi bendungan tersebut berada, selain berfungsi untuk menahan banjir bendungan Marib juga berfungsi untuk mengaliri irigasi untuk kebutuhan pertanian dan gembala hewan ternak.Â
Dalam waktu yang bertahap masyarakat kuno Saba dan Himyar membangun Bendungan Marib untuk memenuhi berbagai kebututan seperti meninggikan dinding bendungan, membangun penampungan air, aliran kanal untuk mengaliri ladang dan sumur – sumur masyarakat.
Pembangunan Bendungan Marib berhasil menjadikan barat Yaman sebagai kawasan yang makmur dalam pertanian yang berdampak pada daerah Yaman yang kemudian berkembang menjadi episentrum perdagangan di selatan Laut Merah, perdagangan dengan kerajaan di Afrika, Cina, Kekaisaran Roma, dan lain – lainnya berhasil membawa kejayaan Kerajaan Saba & Himyar hingga ratusan tahun lamanya, memasuki abad ke-6 Masehi pada tahun 575 Bendungan Marib mengalami kerusakan akibat debit air hujan yang tidak dapat ditampung kembali membuat bendungan tersebut mengalami kerusakan parah dan memaksa ribuan masyarakat yang berada di sekitar bendungan Marib melakukan eksodus secara besar – besaran di Semenanjung Arabia.
Ribuan tahun kemudian pada tahun 1984, Syeikh Zayed Presiden Uni Emirat Arab mengunjungi Bendungan Marib dan kemudian setuju untuk melakukan rekonstruksi ulang Bendungan Marib atas dasar utang budi Syeikh Zayed terhadap nenek moyang nya yang merupakan suku nomaden yang terdampak atas kerusakan Bendungan Marib dan berpindah pada kawaasan yang saat ini menjadi Uni Emirat Arab, sebuah inisiasi yang diterima dengan tangan terbuka oleh pemerintah Yaman pada saat itu karena turut membantu mengembangkan kesejahteraan masyarakat di Marib.
Beberapa dekade setelahnya, pada tahun 2015 Yaman diguncang oleh perang sipil antara Pemerintah Yaman melawan kelompok Houthi yang berhasil merebut ibukota Sana’a.Â
Adanya kepentingan politik dari negara – negara adidaya di Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Iran turut serta menambah panjang jalannya peperangan di Yaman, Arab Saudi yang beraliran Sunni mendukung pemerintah loyalis Yaman dan Iran mendukung kelompok pemberontak Houthi yang beraliran Syiah.Â
Keterlibatan actor – actor eksternal tersebut menjadikan Yaman sebagai medan perang dari apa yang dikenal dengan nama proxy war yang berlangsung hingga hari ini.
Dikuasainya Ibukota Sana’a oleh kelompok Houthi mengakibatkan adanya pengungsian besar – besaran masyarakat Yaman menuju daerah – daerah yang dikuasai loyalis Yemen, data yang tercatat oleh Malcom H. Kerr Carnegie Middle East Center mencatat setidaknya ada peningkatan populasi di Marib sebanyak 50 kali lipat pada tahun 2015 dibanding tahun sebelumnya yang diakibatkan oleh eksodus masyarakat Yaman yang berlindung dari okupasi kelompok Houthi.
Dalam beberapa bulan setelahnya, kelompok Houthi berhasil menguasai Bendungan Marib dan menjadikannya sebagai basis pertahanan melawan kelompok loyalis dan koalisi Arab Saudi.Â