Mohon tunggu...
Ahsani Fatchur Rahman
Ahsani Fatchur Rahman Mohon Tunggu... Guru - Guru di Pesantren

Mentari pagi akan selalu hadir bersama kita, dengan ribuan harapan dan cita-cita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kerumitan yang Harus Dijalani

9 Mei 2017   05:49 Diperbarui: 9 Mei 2017   07:26 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai manusia dan semua manusia pasti memiliki dilematika masing-masing, dan ada kerumitan yang terjadi. Namun pada kenyataannya tidak semua orang mau menghadapi kerumitan-kerumitan dalam hidup yang harus dihadapi. Padahal kita tahu bahwa setiap ada kesulitan ada kemudahan. Setelah sulit dijalani kemudian ada hal yang mudah dibaliknya.

Seperti halnya ketika kita telah lelah membersihkan rumah dan kemudian kita sendiri yang menikmati rumah yang bersih. Ketika kita lelah bekerja seharian dan mendapatkan hasil yang bisa kita nikmati setelahnya, atau ketika belajar dengan sungguh-sungguh dan kemudian mendapatkan hasil yang memuaskan. Saya kira dimana-mana hukum alam ini terjadi seperti ini.

Perlu introspeksi, seperti seseorang tanpa kerja keras tapi mendapatkan hasil yang melimpah, orang yang menganggur tapi tetap hidup dengan layak, orang tanpa menjalani proses tapi mendapatkan hasil, orang tanpa belajar bisa pintar, dan orang kaya raya tapi tanpa ada proses kerja. Jika itu terjadi maka perlu tanda tanya besar.

Sederhananya jika buruh bekerja tiap bulan berpenghasilan 1 juta dan ada seorang pengangguran berpenghasilan 1 juta, maka tentu ada cara yang tidak benar terjadi. Jika orang bekerja keras banting tulang tapi tidak mendapatkan hasil, juga perlu duduk sebentar sembari minum kopi dan berpikir, mengapa begini? butuh konsultasi, butuh merenung lebih dalam, butuh bimbingan, butuh studi banding, dan rata-rata orang lain juga mengalami.

Tak perlu buru-buru menyalahkan yang terjadi, tak perlu risau dengan 'kadang hidup tidak adil', tak perlu malu dengan 'sarjana pengangguran', tak perlu risau dengan 'skripsi tak kunjung usai', tak perlu marah dengan 'HTI anti Pancasila', tak usah menangisi persoalan dalam hidup, tak perlu galau dengan 'konflik dalam hidup atau konflik organisasi dan lembaga' dan terkadang hidup selalu butuh waktu untuk berfikir, belajar dari kegagalan, belajar lebih dewasa, dan kita bukan anak-anak lagi bukan. Belajar dari orang lain, belajar dan belajar. Tidak penting nilai rapot bagus tanpa belajar, tidak butuh IPK tinggi tanpa pengetahuan yang sesuai, tidak perlu ijazah dan gelar untuk mendapatkan kekayaan, kemanfaatan, keilmuan, dan lainnya.

hari ini mari perbaiki sebelum menyesal lebih dalam lagi, kerumitan memang harus dijalani agar hidup semakin indah, dan hidup ini terlalu hijau untuk 'menyerah dini' karena kita selalu butuh waktu. Waktu untuk berproses, waktu untuk belajar, waktu untuk memahami, waktu untuk bekerja, waktu untuk mencintai dan melupakan, waktu untuk ibadah, waktu untuk berbuat baik dan memperbaiki diri, waktu untuk bermunajat, waktu untuk tidur, waktu untuk mengabdi, waktu untuk keluarga, dan tetap berdamai dengan waktu atau bertikai dengan waktu. Waktu tetap sama dan selalu sama.

Batu, 5 Mei 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun