Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemuda Desa di Indramayu Kawal Desas-Desus Penyelewengan Bansos

24 Desember 2024   19:02 Diperbarui: 24 Desember 2024   19:06 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menutup 2024 dengan mengawal dana bansos (Sumber: Dokpri

Tiba pada penghujung tahun 2024 dengan segala jeri payah serta kekuatan untuk terus bergerak, apalagi pemuda desa, yang dengan tergopoh-gopoh selalu berusaha untuk lebih menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Berbekal smartphone yang sudah bisa mendapatkan akses informasi lebih cepat mengenai kemajuan zaman dan desanya pun tak mau ketinggalan dengan kemajuan-kemajuannya tersebut meskipun segudang  persoalan di hadapan mata.Selama ini pemuda di desa seringkali hanya dijadikan 'pemanis' dalam event-event tertentu harus mulai sadar dengan eksistensinya yang bukan hanya menjadi 'abdi-abdi' pemerintah yang mulai mengarah pada 'penyeragaman' cara pandang, yang sialnya pemuda desa akan terus menjadi penghias karnaval tahunan desa. Sejatinya, power terbesar desa adalah pemudanya, dengan demikian pemuda desa -- tanpa memandang status sosial memiliki peran vital sebagai agen kontrol dari pemerintah desa, bukan sebagai oposisi, namun lebih sebagai 'alarm pengingat' bagi pemerintah.Dengan demikian siapapun yang memiliki kepedulian dengan desanya maka akan merasa tersakiti apabila mendapati kebijakan-kebijaksanaan klise pemerintah, karena dengan peran vital tersebut pemuda harus ikut andil dalam proses pembangunan desa (baca; bukan pembgunan infrastruktur), demi terciptanya keselarasan serta dinamika demokrasi yang dinamis.Kembali, bahwa dengan kemajuan teknologi yang ditandai dengan status kepemilikan smartphone semua masyarakat menjadi barometer atas melek-nya informasi di manapun, tanpa terkecuali di desa. Sebagai bukti bahwa masyarakat desa sudah melek informasi ialah dengan beredarnya video dugaan penyalahgunaan bansos desa Sukaperna, Tukdana, Indramayu, Jawa Barat yang terjadi pada bulan Oktober 2024 lalu lalu kemudian ramai di perbincangkan pada Desember 2024 ini.Meskipun video yang di unggah melalui kanal Youtube sebuah pers namun selang satu hari berikutnya video tersebut sudah di 'take down' oleh media tersebut. Sontak, hal ini menjadikan masyarakat berspekulai atas apa yang terjadi, berdamai, suap, kongkalikong dan lain sebagainya lantaran video dari pengunggahnya telah ditarik kembali tanpa klarifikasi yang jelas dan yang terjadi adalah debat kusir di platform sosial media, Facebook.Bukan lagi soal carut-marutnnya pembagian bansos, ataupun 'administrasi' saat bansos itu diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM), lebih dari itu bahwa desas-desus dan juga dugaan penyelewengan akan bansos tersebut yang sudah menjadi konsumsi publik. Sehingga sangat wajar jika pemuda desa menanyakan hal demikian.

Waktu berjalan, desas-desus atas viral-nya hal itu menjadikan elemen masyarakat mulai geram sehingga muncullah inisiatif dari pemuda untuk menggelar aksi demonstrasi di balai desa yang bertujuan untuk meminta klarifikasi dengan sejelas-jelasnya dari pihak-pihak terkait yang ada dalam video tersebut.

Sampai pada akhirnya konsolidasi 'getok-tular' pun dilakukan, menyiapkan segala teknis untuk aksi massa tersebut. Mulai dari inti dari tuntutan, penunjukan korlap, Penanggungjawab sampai soal microphone semuanya dibahas dibanyak titik tanpa terputus, tiada bukan bahwa hal ini semata-mata dilakukan agar supanya semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemuda.

Sampai pada akhirnya titik kumpul aksi serta titik aksi sudah disepakati lapangan volly dan balai desa Sukaperna sebagai titik perjumpaannya.

Tiba waktunya, semua mata menyaksikan kegaduhan yang terjadi di jalan desa hingga halaman balai desa berbekal semangat dari barisan juang pemuda yang berapi-api dalam menciptakan era keemasannya, dan mungkin dengan cara inilah mereka akan dikenang sepanjang hidupnya.

Orasi yang meletup-letup terus menggema di halaman, sementara pihak pemerintah desa (selanjutnya pemdes) sedang memikirkan cara untuk menyudahi atau membubarkan barisan aksi tersebut. Negosiasi awal dilakukan sampai pada akhirnya perwakilan massa aksi merasa keberatan dengan belum dihadirkannya salah satu dari tiga orang yang dituju untuk dimintai klarifikasi, yang kemudian kepala desa mengutus polisi desa atau bhabinkamtibmas untuk menjemput pihak terkait demi kondusifitas.

Bakar ban dan Orasi terus merangsek masuk kedalam ruan-ruang balai desa, asap hitam dan teriakan kekecewaan semua yang turut hadir di halaman tersebut, kaum ibu dan bapak-bapak tidak ketinggalan, momentum yang menyita perhatian masyarakat ini menjadi ramai, ini belum lagi ditambah dengan live streaming yang dilakukan oleh mereka yang hadir. Meskipun seperti halnya sebuah judul buku dari Bima Satria Putra 'Perang yang Tidak Akan Kita Menangkan' namun eskalasi semangat gegap-gempita jangan sampai meredup.

Sampai pada akhirnya satu pihak tersebut datang di kawal oleh polisi tadi. Permasalahan dimulai, Massa Aksi tidak sabar untuk segera melakukan klarifikasi di depan masyarakat yang sedari tadi berkumpul. Sialnya! ada semacam briefing yang mendadak dilakukan di ruangan dengan kedua belah pihak dan beberapa perwakilan dari massa aksi, terlebih dengan ditutupnya pintu ruangan tersebut membuat massa aksi serta masyarakat semakin beringas melontarkan cacian kekecewaan karena tidak langsung diselesaikan tanpa harus ada arahan terlebih dahulu.

Sekali lagi pemuda desa Sukaperna sebagai 'history masker' pada masa ini yang menjadi pionir atas kekecewaan masyarakat terhadap carut-marutnnya bansos di desa ini. Kemudian dengan menutup tahun 2024 dengan semangat membara mengawal bobroknya birokrasi yang tidak bisa dengan hanya berdiam diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun