Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Serat Centhini, Prolog Ensiklopedi Jawa yang Menakjubkan

15 November 2021   01:01 Diperbarui: 26 April 2022   02:27 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa bulan terakhir pernah membayangkan apa bagaimana isi dari Serat Centhini itu, sebuah buku yang terdiri dari 12 jilid tersebut begitu monumental rupanya, hingga kemudian memutuskan untuk mencari ulasan sampai sinopsis dari Serat Centhini tersebut. Meskipun hanya beberapa kisah dan ulasan yang ditulis tak apa, Serat Centhini rupanya memiliki banyak sekali kandungan esensial di dalamnya. 

Meskipun pada awalnya bukan dinamai dengan Serat Centhini akan tetapi Suluk Tambangraras namun kemudian lebih populer dengan nama Serat Centhini pada masa selanjutnya. Perlu diketahui pula nama Serat Centhini diambil dari nama pembantu perempuan dari Niken Tambangraras yang merupakan tokoh utama atas naskah ini. 

Konon naskah Serat Centhini sendiri yang asli terdiri dari 4.200 halaman yang dan telah terbagi menjadi 12 jilid sampai saat ini. Kemudian dalam penulisan naskahnya sendiri ditulis pada Januari 1814 dan rampung pada 1823 yang ide penulisan Serat Centhini sendiri berasal dari Adipati Anom Amangkunegara III. Perlu diketahui juga bahwa Serat Centhini memiliki 6 (enam) versi yang berbeda, dikarenakan perbedaan naskah asli dan naskah turunan sehingga terdapat perbedaan atasnya, dan enam versi tersebut ialah; Pertama; Serat Centhini Baku, Kedua; Serat Centhini Persembahan Pakubuwana VII ke Negeri Belanda, Ketiga; Serat Centhini Bahasa Jawa Timur, Keempat; Serat Centhini Bahasa Jawa Pegon, Kelima; Serat Centhini Jalalen, terakhir atau Keenam; Serat Centhini Amongraga.   

Serat Centhini yang kaya akan kandungan epistemologi, terutama ensiklopedia Jawa di dalamnya terdapat lebih dari 10 disiplin keilmuan yang dituturkan ulang oleh Agus Wahyudi dalam sebuah novelisasi yang tidak membosankan. Dari mulai sejarah, geografi, pendidikan, arsitektur, filsafat, agama, tasawuf, klenik, ramalan, sulap, kesaktian, perlambang, adat istiadat, tata upacara tradisi, etika, psikologi, obat-obatan, makanan, seni, pengetahuan alam, flora fauna bahkan seksologi juga terdapat di dalamnya. 

Dengan adanya embel-embel ensiklopedi Jawa tersebut membuat rasa penasaran penulis semakin menjadi-jadi, sebab dalam lingkungan penulis tinggal masih terdapat tradisi yang dipegang kuat oleh masyarakat, terutama sekali dalam masalah perhitungan atau petung dalam menentukan hari yang baik atau buruk, kemudian dalam membangun rumah atau bahkan dalam ritus keagamaan. Dan yang paling berkesan dimata penulis ialah soal Naga Jatingarang atau Jatingara yang (hal 225) yang pernah penulis dengar dari seorang teman. Oleh sebabnya Serat Centhini sebegitu menakjubkan di mata penulis, dengan alasan adanya irisan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. 

Berbekal animo rasa penasaran yang terus melonjak-lonjak hingga akhirnya memutuskan untuk membaca Serat Centhini secara utuh dan seksama apa dan bagaimananya novel ajaib tersebut. Sedikit bercerita pada masa awal pembacaan akan teks filsafat juga penulis pernah membaca novel serupa - padat akan pengetahuan, seperti Tapak Sabda dan Semesta Sabda yang merupakan masterpiece dari kang Fauz Noor, namun bedanya novel tersebut lebih terkonsentrasi pada pembahasan mengenai filsafat secara global. 

Meskipun berbeda dengan novel filsafat secara keumumannya akan tetapi Serat Centhini memiliki nilai kandungan filosofi Jawa yang lumayan parsial yang juga di dalamya banyak sekali ilmu keagamaan (Islam Khususnya) dan memang sampai sekarang masih banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehingga sebegitu urgennya Serat Centhini dibaca oleh pemerhati kebudayaan.  

Sehingga dengan membaca Serat Centhini ini melebur semua rasa penasaran penulis terutama akan ensiklopedia Jawanya tersebut kemudian ingin sekali rasanya menuliskan apa yang penulis temukan dari Serat Centhini tersebut lalu menuliskannya dari mulai jilid satu sampai dua belas sebagai sebuah refleksi atas pembacaan pribadi terhadap sebuah karya, terlebih mengaktualisasikannya dengan kondisi kiwari sehingga relevansi dari apa yang ada dalam Serat Centhini bisa terus berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun