Mohon tunggu...
Ahnaf Rajendra
Ahnaf Rajendra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Sampingan

Isinya Random

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Damai?

9 April 2020   09:57 Diperbarui: 9 April 2020   11:55 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita pasti sudah tidak asing lagi, dengan kata-kata yang membuat orang merujuk, membenak, kepada sebuah gerakan, yang tujuannya untuk meraih kekuasaan. Serta konflik-konflik antara partai yang satu dengan partai lainnya.
 Ya, itu semua adalah hal yang merujuk pada kata "Politik".

 Secara definisi, politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles). Biasanya pemeran utama dalam drama politik ini adalah orang yang sudah sangat mahir dalam bermain otak dengan ilmu politik. Tak sembarang orang bisa menyelam dan menemukan mutiara dasar persoalan masalah yang diperbincangkan dalam dunia politik.

Politik ini mulai memunculkan kepalanya di saat Indonesia di jajah oleh negeri kincir angin, atau yang lebih dikenalnya dengan nama Belanda. Saat belanda menapakkan kaki di Hindia Belanda, nama Negara Indonesia sebelum merdeka, Belanda menerapkan sistem Divide at impera atau politik adu domba, yang dicetuskan oleh Christian Snouck Hurgronje yang juga memimpin perang melawan kaum Aceh tahun 1873-1874.
Divide et impera atau Politik pecah belah merupakan kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Taktik yang Belanda cetuskan diawal abad 17 ini adalah untuk menguasai satu daerah secara utuh, dengan jumlah Belanda yang lebih sedikit dibandingkan dengan para pribumi, Belanda tetap mampu menguasai utuh unit-unit yang ada di suatu daerah tersebut. Cara Belanda untuk menerapkan sistem Divide At Impera ini adalah merekrut orang-orang pribumi sebagai staff dalam organisasi VOC untuk mengkhianati bangsanya sendiri. Namun, taktik yang digunakan belanda ini bukan pertama kalinya memunculkan kepala di muka bumi ini. Para pendahulu kerap sudah menerapkan sistem ini juga. Seperti Raja Phillip ll Macedonia, Julius Caesar, Napoleon Bonaparte, Dan masih banyak lagi.

Sistem divide at impera ini menjadi gambaran bahwa politik itu hampir mustahil untuk dinyatakan sebagai permainan bersih, tanpa konflik, mengandung unsur perdamaian. Sudah jelas terpampang di dunia politik negara Indonesia, tak sedikit juga yang sudah masuk dalam jeruji besi karena permainan tiki-taka politik ini. K.H. Said Aqil Siroj pernah berkata,kalau politik ini ditulis dalam Arab pegon, Arab yang memakai kosa kata indonesia, maka bisa dibaca fawallaituka, yang artinya saya bohongi kamu, berasal dari kata fawalla.

Permainan politik ini begitu rumit untuk bisa dipecahkan dengan cara damai untuk memenangkan permainan. Tapi permainan ini bisa dimudahkan dengan permainan kotor. Tetapi cara ini tidak dibenarkan dalam Islam. Islam tidak mengajarkan cara kotor untuk memenangkan permainan politik, justru mengajarkan menggunakan permainan yang bersih untuk mendapat kemenangan dalam permainan politik.
Politik akan menjadi lebih indah dan sejuk dengan permainan yang bersih dan penuh perdamaian.

Seperti cara berpolitik yang diajarkan Rasulallah SAW. Ketika di Madinah, Nabi menggarsikan etika dan tanggung jawab bersama dalam sebuah perjanjian yang dikenal sebagai Piagam Madinah. 'Konstitusi Madinah' memuat tentang wawasan kebebasan, kebangsaan, tanggung jawab warga dalam pembelaan negara dari ancaman musuh dan penguatan serta pemberdayaan komitmen sosial, politik, hukum.

Selang 10 tahun , sejarah telah mencatat keberhasilan Nabi dalam mewujudkan masyarakat Madinah yang modern bernuansa keadilan, invlusikisme, dan demokratisasi. Kondisi pluralisme keagamaan tidak serta merta menjadi penghalang dalam mewujudkan politik yang damai.

Semoga dengan artikel ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Wallahu A'lam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun