Mohon tunggu...
ahnafnaufal
ahnafnaufal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah orang yang cekatan, saya mempunyai hobi bermusik dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Media Massa di Indonesia

18 November 2024   19:22 Diperbarui: 18 November 2024   19:36 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada masa penjajahan Belanda, media massa di Indonesia lebih banyak dikendalikan oleh pihak penjajah. Surat kabar pertama yang diterbitkan di Indonesia adalah De Indische Courant (1820) yang berbahasa Belanda, yang ditujukan untuk kalangan penjajah dan elit pribumi. Pada awalnya, media di Indonesia hanya menyasar pembaca terbatas dan berfungsi untuk kepentingan politik kolonial. Namun, menjelang awal abad ke-20, media massa mulai digunakan oleh kalangan pribumi untuk menyuarakan ide-ide pergerakan kemerdekaan. Surat kabar seperti Sinar Deli dan Medan Prijaji mulai muncul sebagai alat perjuangan. Media massa ini memainkan peran penting dalam mengedukasi rakyat Indonesia dan menggugah kesadaran nasionalisme. Beberapa tokoh pergerakan, seperti Sukarno dan Hatta, juga menggunakan media untuk mengorganisir perlawanan terhadap penjajah.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, media massa menjadi alat yang sangat penting untuk membangun negara yang baru merdeka. Pada awal kemerdekaan, media digunakan untuk menyebarkan informasi mengenai proklamasi kemerdekaan dan menjalin solidaritas antara berbagai kelompok etnis dan agama di Indonesia. Namun, kebebasan media pasca-kemerdekaan tidak berlangsung lama. Pemerintah yang baru berdiri mulai mengontrol media untuk menjaga stabilitas negara. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, media massa lebih banyak difungsikan sebagai alat propaganda untuk mendukung kebijakan politik dan ideologi nasionalisme. Meskipun demikian, media tetap menjadi platform penting bagi pergerakan politik dan pembentukan identitas bangsa.

Pada era Orde Baru, di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, media massa mengalami kontrol yang sangat ketat. Pemerintah Orde Baru memberlakukan kebijakan sensor yang sangat ketat terhadap media. Media yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah sering dibredel atau ditutup. Pemerintah juga mengendalikan mayoritas media massa, baik televisi, radio, koran, maupun majalah.

Salah satu ciri khas era Orde Baru adalah dominasi Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai satu-satunya stasiun televisi nasional yang menyampaikan informasi resmi pemerintah. Di sisi lain, meskipun ada pembatasan, media cetak seperti Kompas, Tempo, dan Sinar Harapan tetap berusaha untuk mempertahankan independensi dan menyampaikan berita yang lebih kritis terhadap pemerintahan.

Pada masa ini, media juga mulai berkembang pesat dalam bidang hiburan dan komersialisasi. Penyiaran televisi semakin menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sementara industri periklanan pun berkembang seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia.

Era Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 setelah jatuhnya Presiden Soeharto menandai perubahan besar dalam dunia media massa di Indonesia. Salah satu hasil reformasi terbesar adalah kebebasan pers yang lebih terjamin. Undang-Undang Pers yang baru memberikan kebebasan bagi jurnalis dan media untuk beroperasi tanpa takut dibredel oleh pemerintah.

Setelah Reformasi, media massa di Indonesia menjadi lebih beragam dan independen. Surat kabar dan majalah yang sebelumnya dibatasi, kini mulai muncul dengan berbagai perspektif. Media seperti Kompas, Tempo, Jurnal Nasional, dan Pribumi berkembang pesat, dan mulai banyak yang berfokus pada isu-isu politik dan sosial yang lebih kritis.

Selain itu, perkembangan media elektronik semakin pesat. Stasiun televisi swasta, seperti RCTI, SCTV, dan Metro TV, mulai mengudara dan memberikan alternatif hiburan dan informasi yang lebih bervariasi. Masyarakat memiliki lebih banyak pilihan dalam mengakses berita dan hiburan.

Memasuki abad ke-21, perkembangan teknologi digital membawa perubahan besar dalam industri media massa Indonesia. Internet mulai berkembang pesat, mengubah cara orang mengakses berita dan informasi. Selain itu, media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube semakin mendominasi cara orang berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Media sosial memberikan kebebasan bagi siapa saja untuk menjadi produsen konten, yang mengarah pada munculnya fenomena citizen journalism---di mana masyarakat biasa turut serta dalam menyebarkan berita.

Platform-platform seperti YouTube dan TikTok juga mempengaruhi cara orang mengonsumsi media, terutama di kalangan generasi muda. Video dan konten digital semakin menggeser dominasi media cetak dan siaran televisi tradisional.

Namun, dengan kebebasan informasi yang lebih besar, muncul tantangan baru berupa hoaks dan informasi palsu. Media massa kini harus lebih berhati-hati dalam menyaring informasi, terutama yang disebarkan melalui media sosial yang bisa viral dalam waktu singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun