Selayaknya manusia yang dipenuhi dengan rasa penasaran. Disaat terdapat nama yang terdengar asing. Mungkin saja, pertama kali melihat suatu foto/gambar yang tertempel ditempat baru. Gambar yang terpajang tersebut tampak begitu asing. Rasa penasaran mengantarkan keingintahuan yang besar.
Tan Malaka sangat jarang terdengar bagi masyarakat Indonesia. Bernama asli Ibrahim bergelar Datuk Sutan Malaka. Lahir di Suliki, Sumatera Barat pada tanggal 2 Juni 1897. Meninggal di lereng gunung Wilis, desa Selopanggung, Kediri pada tanggal 21 Februari 1949.
Tokoh kemerdekaan yang jarang dibahas di buku sejarah. Padahal, pengaruh Tan Malaka begitu besar di bidang politik. Pengaruh yang besar, tidak sejalan dengan keadaan politik saat ini.
Partai pertama yang dipilih Tan Malaka adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Partai yang ditakuti untuk diperbincangkan pada masa sekarang. Terlepas dari kisah Tan Malaka yang menjadi anggota PKI. Beberapa hal yang perlu diketahui oleh masyarakat.
Jalan politik yang diambil Tan Malaka dimulai dari keikutsertaan menjadi anggota Sarekat Islam Cabang Semarang. Berbekal ilmu pengetahuan yang dimiliki Tan Malaka sebagai Alumni sekolah guru (Kweekschool) di Belanda.Â
Tan Malaka mendapat amanah untuk menjadi pengajar utama di Sekolahan SI Semarang, yang didirikan pada 21 Juni 1921. Sekolah tersebut, lambat laun dikenal sebagai sekolah Tan Malaka.
Sebelum terjadi perpecahan di tubuh Sarekat Islam menjadi dua, SI merah dan SI putih. Tan Malaka lebih condong memihak SI cabang Semarang (SI merah) yang dipimpin oleh Semaun. Berjalannya waktu SI cabang Semarang menjadi Partai Komunis Indonesia pada tahun 1924.
Pada tahun tersebut, Tan Malaka berada di Belanda karena dalam masa pembuangan. Pada masa pembuangan tersebut, Tan Malaka melakukan berbagai perjalan di luar negeri.Â
Pada tahun 1925, Tan Malaka menerbitkan buku Menuju Republik Indonesia di Katon, Cina. Berawal dari sinilah, Tan Malaka dikenal sebagai Bapak Republik Indonesia.
Tepatnya pada tahun 1926/1927, PKI melakukan pemberontakan. Tan Malaka menentang keras kegiatan tersebut. Namun usul Tan Malaka ditolak. Penolakan itulah, menyebabkan Tan Malaka memilih keluar menjadi anggota PKI. Pada Juni 1927, membangun Pantai Republik Indonesia (PARI) di Bangkok, Thailand.