Mohon tunggu...
Ahmed Farhan M
Ahmed Farhan M Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Seseorang yang tertarik dengan isu-isu kontroversial dan berbagi opini dengan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Etika Komunikasi dalam Pertemanan: Bercanda dan Sarkasme

12 Juni 2024   14:14 Diperbarui: 12 Juni 2024   14:36 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai manusia yang hidup bersosialisasi dengan manusia lainnya, tentunya kita memiliki orang yang dapat kita percayai. Selain keluarga dan pasangan, teman juga merupakan seseorang yang dapat kita percayai. Tidak semua orang dapat kita jadikan sebagai teman, karena pada dasarnya sifat manusia tidak sepenuhnya baik. 

Ada yang berteman dengan niat baik dan ada juga yang berteman dengan niat buruk. Pertemanan sendiri sebenarnya "pisau bermata dua", karena dapat menjadi bantuan di saat kita susah atau malah menjadi beban dalam hidup kita. Ikatan pertemanan yang sudah terbentuk sejak lama, berbeda dengan ikatan pertemanan yang baru terbentuk. 

Hal itu terlihat dari cara kita berbicara, memperlakukan, dan hal-hal emosional lainnya. Pertemanan tidak sekadar merupakan hubungan sosial, tetapi juga merupakan ikatan emosional yang saling mempengaruhi antara individu. 

Pertemanan menciptakan ruang untuk dukungan, kepercayaan, dan pengertian. Dalam pertemanan, seseorang dapat menemukan kenyamanan, kejujuran, dan kebebasan untuk menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi atau dikecam.

Normalnya ketika kedua individu berteman, biasanya bercanda dan bercengkrama satu sama lain. Namun, terkadang terdapat beberapa kata yang membuat salah satunya terluka dan sakit hati. 

Hal itu terjadi karena terdapat sarkasme yang berlebihan ketika sedang bercanda ataupun bercengkrama. Sarkasme secara garis besar, merupakan majas yang menggunakan kata-kata pedas. 

Sarkasme dapat berupa cemoohan atau ejekan yang dirangkai dengan kata-kata yang tidak terdengar seperti cemoohan atau ejekan, karena bersifat implisit. Namun, hal ini apabila dilakukan secara berlebihan akan membuat renggangnya hubungan tersebut. Sebab, sedekat-dekatnya seseorang dengan temannya pasti memiliki batasan dalam menerima sarkasme tersebut. Bahkan ada beberapa sarkasme yang sangat tidak etis apabila disampaikan kepada teman dekat.

Sarkasme yang dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek dan etika komunikasi, dapat mempererat pertemanan karena dianggap sebagai bercandaan satu sama lain. 

Namun, sarkasme juga memiliki batasannya seperti tidak boleh sarkasme yang mengandung fisik seseorang, privasi, suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). 

Hal itu sangat tidak layak dan tidak terpuji apabila dijadikan sebagai bahan bercandaan, bahkan kepada teman dekat sekalipun. Selain itu, orangtua juga tidak boleh dijadikan bahan bercandaan karena hal itu sama seperti tidak menghormati orang yang lebih tua dan termasuk perbuatan yang durhaka. 

Banyak sekali masalah sepele yang muncul akibat bercanda yang berlebihan, hal ini sangat berbahaya apabila seseorang tidak terima dengan perkataan temannya yang kemudian berubah menjadi dendam pribadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun