Mohon tunggu...
Darmawan
Darmawan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Surat Cinta Firdaus Djaelani untuk Jakarta

18 Maret 2016   11:05 Diperbarui: 18 Maret 2016   11:32 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang betawi kalau mau sukses harus bisa berbaur dan belajar dengan beragam etnis lainnya yang tinggal di Jakarta. Hanya dengan cara itu kita bisa meraih sukses menjadi tuan rumah di kampung sendiri (Bang Daus). Firdaus Djaelani atau Bang Daus adalah Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (OJK), anak Betawi asli kelahiran Jakarta, 17 Desember 1954. Seorang ekonom yang cemerlang, berpengalaman dibidang asuransi dan dunia perbankan Indonesia. karirnya sangat lengkap, pernah menjadi Direktur Direktorat Asuransi Ditjen Lembaga Keuangan sejak 2001 hingga 2006.. Firdaus merupakan salah satu tokoh kunci yang dipercaya Menteri Keuangan untuk melahirkan Lembaga Penjamin Simpanan yang muncul pada 2004. Pada 2005, Firdaus ditunjuk sebagai direksi LPS dan resmi menjabat Kepala Eksekutif LPS menggantikan Krisna Wijaya yang mengundurkan diri sejak 2 Januari 2008. Selama di LPS, Firdaus sangat akrab dan sukses dengan penanganan permasalahan perbankan mulai dari penanganan BPR bermasalah hingga menangani kasus seperti Bank Century. Di industri asuransi, nama besar Firdaus tetap memiliki pijakan yang kuat, setidaknya dia masih dipercaya sebagai salah satu komisaris di beberapa perusahaan asuransi seperti PT Reasuransi Internasional Indonesia. Firdaus Djaelani lahir dari keluarga yang memiliki jasa besar dalam perkembangan masyarakat Jakarta dan Indonesia. Termasuk dalam kerabat Kyai Abdullah Syafii pendiri pusat pendidikan Assafiah.

Lebih tepat adalah keponakan Kyai Abdullah Syafii, dan sepupu dari Tuty Alawiyah mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak era Presiden Habibie. Karena ibu dari Bang Daus, Siti Aminah adalah adik kandung dari Kyai Abdullah Syafii.
 Putra dari Muhammad Djaelani dan Siti Aminah ini menyelesaikan studi sarjananya dalam ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1981 dan program pascasarjana dalam ilmu ekonomi Ekonomi di Ball State University, Indiana pada tahun 1988. Di tahun 2012, Firdaus memperoleh gelar doktornya di Universitas Gajah Mada setelah dia berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa di Indonesia: Kajian dari sisi Pembeli, Penjual dan Kebijakan Publik” dalam ujian terbuka di Gedung Paska Sarjana Gedung UGM, Yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2012.
 Dukung Perda Pelestarian Budaya Betawi

Meskipun kini Bang Daus adalah orang penting di Otoritas Jasa Keuangan tepatnya menjadi Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (OJK), yang tentunya sangat sibuk dengan berbagai aktifitas yang menyangkut pengawasan terhadap industri keuangan non bank seperti asuransi, pagadaian, dan perusahaan pembiayaan. Namun Bang Daus tak pernah lupa bahwa dirinya adalah orang betawi yang harus peduli terhadap perkembangan masyarakat dan budaya betawi.Kepedulian itu dimulai saat dirinya kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) pada tahun 1978 lalu, Lelaki kelahiran Jakarta pada tanggal 17 Desember 1954 silam ini pernah mendirikan organisasi Mahasiswa berbasis etnis yang diberi nama Kelompok Mahasiswa Betawi (KMB) dan aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
 Sebagai sosok yang sangat peduli kepada eksistensi budaya betawi, peraih gelar doktor dari UGM ini sangat mendukung upaya pelestarian budaya betawi yang dilakukan oleh berbagai pihak. Misalnya upaya yang sempat dilakukan oleh Jokowi yang kala itu masih menjadi Gubernur DKI Jakarta yang ingin menghidupkan simbol-simbol kebetawian di Jakarta. Saat itu beliau meminta setiap gedung yang ada di Jakarta agar memasang hiasan betawi. Kemudian Jokowi juga meminta pegawai pemprov dki setiap hari jumat berpakaian betawi.

Menurutnya itu adalah hal yang sangat bagus, karena bagaimanapun sebuah daerah itu harus punya ikon budaya. Hanya saja yang kurang adalah implementasi oleh Satuan Kerja Perangkat Daerahnya. Misalnya Dinas Pariwisata bisa menggunakan mall untuk secara reguler sebulan sekali menggelar pementasan beragam kesenian betawi. Dengan demikian masyarakat Jakarta bisa lebih mengenal kesenian betawi seperti lenong, tanjidor dan marawis. Banyak mall di Jakarta kalau hal itu dilakukan dan itu dananya didukung oleh Pemprov sendiri, saya kira banyak mal yang akan setuju dan pada gilirannya itu akan sangat membantu mengenalkan budaya betawi kepada masyarakat luas secara lebih menarik, Kini dengan telah disahkannya Peraturan Daerah mengenai pelestarian budaya betawi, maka menurut Firdaus dukungan terhadap pelestarian budaya betawi memiliki payung hukum yang lebih kuat. Apalagi nantinya juga akan dibuat kurikulum khusus mengenai budaya betawi yang akan menjadi muatan lokal di sekolah dasar yang ada di Jakarta.

Lahir dan besar dengan budaya betawi yang merupakan asimilasi atau pembaruan dari berbagai budaya yang ada di Jakarta yang merupakan daerah yang berpenghuni seluruh suku budaya yang ada di Indonesia atau nusantara seperti adanya suku jawa, sunda, china, arab, melayu Sulawesi, maluku dan sebagainya makanya orang betawi secara umum sifatnya terbuka, toleransi, anti diskriminasi dan ramah hal ini yang selalu diajarkan oleh Firdaus Djaelani kepada orang-orang yang dikenal dan masyarakat Jakarta. Jakarta sebagai kota megapolitan yang dihuni nyaris seluruh suku dan etnis dari berbagai belahan bumi Indonesia, bahkan tempat orang asing yang menjadi perwakilan bangsa dan negaranya ada dan tinggal di Jakarta.

Dengan latar belakang yang juga sangat beragam, sebagai kota super majemuk, ekstra multi-etnis, Jakarta seharusnya di Pimpin oleh Gubernur yang sangat memahami kondisi tersebut. Seseorang yang mampu bersikap bijaksana dan bijaksini, yang mampu menjaga keseimbangan dan keadilan bagi semua anak bangsa yang ada di Jakarta. Tokoh dan karakter tersebut yang sebenarnya kita butuhkan untuk pemimpin Jakarta yakni seorang Firdaus Djaelani atau Bang Daus. Karena Jakarta untuk kita.

*Dirangkum dari berbagai sumber

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun