[caption id="attachment_65106" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi (www.uulyrics.com)"][/caption] Arti singkatan judul pada postingan ini bukan New Kids On The Bloks. Boyband era tahun 80-an yang mempopulerkan lagu "Step By Step". Akan tetapi, kepanjangan dari Narkotik dan Obat-obaTan Berbahaya. Ya, postingan ini akan coba membicarakan keefektifan pendidikan narkoba yang akan dimasukkan pada kurikulum sekolah dasar. Kemarin tanggal 30 Januari diperingati sebagai hari narkoba. Tepat di hari narkoba, Ibu Negara dan Kapolri melemparkan wacana tentang pengetahuan narkoba masuk pada kurikulum sekolah dasar. Alasannya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Lebih jauh, pendidikan narkoba di sekolah dasar mencerminkan tindakan pencegahan karena banyak korban narkoba berusia pra remaja (ABG) sampai usia pasca remaja. Maksudnya lagi, tujuan dari pendidikan narkoba di sekolah dasar agar anak sadar dan waspada akan bahaya narkoba. Dalam wawancaranya di radio Elshinta, humas BNN (Badan Narkotika Nasional) mengatakan bahwa pendidikan narkoba di sekolah dasar akan efektif karena akan meningkatkan imunitas masyarakat. Dari penelitian BNN, di Indonesia korban narkoba sudah mencapai 1,9 % pada tahun 2009. Artinya, perlu tindakan untuk menjaga imunitas 98 % seperti pendidikan narkoba. Bagi anda orangtua yang mempunyai anak SD atau mantan pemakai narkoba, apakah efektif ada mata pelajaran pendidikan narkoba di sekolah dasar? Kalau ditelisik dari psikologi perkembangan, sepertinya tidak efektif mengadakan pendidikan narkoba di sekolah dasar. Sebabnya, anak SD merupakan anak yang serba ingin tahu. Maksudnya, tidak hanya ingin mengenal melainkan mencoba. Dengan kalimat lain, jika pendidikan narkoba (atau pendidikan seks, mungkin) dikenalkan di Sekolah dasar, maka dampaknya anak SD ingin mencoba rasa narkoba. Lalu solusinya, seperti apa agar tindakan pencegahan efektif menjaga imunitas masyarakat dari bahaya narkoba. Bahkan secara totalitas? Kata kuncinya adalah perhatian. Maksudnya, peran keluarga sangat dibutuhkan di sini. Menurut pakar psikologi anak, Ayah Edi, jangan sampai lingkungan mengambil peran pendidikan lebih besar kepada anak secara informal. Alihkan peran pendidikan tersebut pada keluarga khususnya orangtua, termasuk pendidikan narkoba. Dengan kalimat lain, perhatian keluarga lebih efektif untuk tindakan pencegahan narkoba daripada materi kurikulum narkoba di sekolah dasar. Coba tanya kepada mantan pemakai atau korban narkoba, mungkin rata-rata mereka menjawab terkena candu narkoba karena kurangnya perhatian keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H