Inilah dia Bang RismanAceh (Dok kompasiana.com/diankelana)
Untuk merekatkan hati, butuh silahturahmi berkali-kali. Ya itulah yang dilakukan sebagian para Kompasianers kemarin (Sabtu, 10/04). Merekatkan hati mengandaikan dua orang teman atau lebih yang bermetamorfosa menjadi kumpulan sahabat. Di TIM (Taman Ismail Marzuki), kami melakukan itu. Bukan hanya mencoba, tapi kami berproses. Satu kali pertemuan, kami menata hati. Dua, tiga kali pertemuan, kami menyiapkan hati. Dan pertemuan kemarin, kami menyatukan hati. Seakan TIM berubah kepanjangan katanya menjadi Taman Izinkanku Menyayangimu.
Ternyata tidak mudah untuk merekatkan hati kalau bukan didahului oleh inisiatif Bang RismanAceh. Ya secara spontanitas, Bang RismanAceh menjadi moderator untuk memandu kami. Memandu agar terarah apa yang kami bicarakan. Memandu agar pertemuan kali ini membuahkan hasil. Hasil apa itu? Inilah kehebatan (baca: pengalaman) Bang Risman. Di awal pembicarannya, dia langsung menggebrak kesadaran kami. “Saya kira kita sudah sepakat sejak STC (Seribu Tangan Cinta) menjadi pembicaraan kita sendiri di Kompasiana, aksi sosial adalah misi” kurang lebih dia berkata seperti itu, artinya apa? Dalam pertemuan kali ini, kita hanya mendiskusikan (1). Bagaimana kita menuju ke aksi (strategi), (2). Apa cetak biru / blueprint tindakan aksi kita (anggaran), dan (3). Bagaimana kita tahu jika kita berada di atas jalur (kontrol).
Mulailah kami mencari perekat apa yang pas melalui diskusi informal. Maksud informal, kami diberi kebebasan mana dahulu yang kami diskusikan. Hasilnya sangat menakjubkan. Walau diselingi canda tawa, tiga poin di atas berhasil kami identifikasikan. Pertama, Strategi yang kemungkinan akan digunakan oleh STC ada dua pilihan. Yakni berbentuk yayasan atau paguyuban. Bang Risman menjelaskan kalau yayasan itu mandat kepemimpinannya hanya dipegang satu orang. Sedangkan paguyuban sebaliknya, semua orang di dalamnya mempunyai mandat kepemimpinan.
Kedua, kami sepakat anggaran akan didapat melalui cara fund raising, yaitu pengumpulan dana dengan mendayagunakan berbagai potensi kami sebagai Kompasianers. Misal pengumpulan uang seribu Rupiah per hari, penjualan merchandise STC dan lain sebagainya. Ketiga, untuk sementara dibentuk steering committee untuk mengkontrol agar program ini berjalan terarah, lancar dan mempunyai daya stamina yang lebih. Ada lima Kompasianers yang bersedia menjadi steering committee. Yakni Engkong Ragile, Mak Riska, Bang Risman, Mak Kit dan Babeh Helmi.
Nantinya steering committee ini akan memperjelas apa yang belum jelas. Misalnya seperti apa yang diuraikan oleh Jhon M. Bryson dalam bukunya berjudul Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial (1). Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi, (2). Mengidentifikasi mandat organisasi, (3). Menilai Lingkungan ekternal : peluang dan ancaman, (4). Menilai lingkungan internal : kekuatan dan kelemahan, (5). Mengenali lebih jauh isu strategis yang dihadapi organisasi, (6). Merumuskan strategi untuk mengelola berbagai isu tersebut, dan (7). Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan, disebut juga “visi keberhasilan”.
Ya setidaknya tujuh poin itu yang akan dirumuskan oleh steering committee. Tentu ini merupakan suatu tantangan bagi steering committee dan bagi kami para Kompasianers yang hadir di TIM. Tantangan untuk lebih merekatkan hati karena mandat yang kami bizarakan akan diketahui (baca: tersebar luas) oleh seluruh Kompasianers di seluruh dunia. Tidak hanya mengetahui, tentunya dukungan dari seluruh anggota Kompasiana sangat dibutuhkan. Dukungan apapun itu akan kami tampung menjadi suatu kekuatan berjubah cinta. Ya, inilah From Kompasianers With Love.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H