Mohon tunggu...
Ahmed Tsar Blenzinky
Ahmed Tsar Blenzinky Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger | Content Creator | Sagitarius

Co-Founder BRid (Blogger Reporter Indonesia) | Sekarang Lebih Aktif di https://ahmedtsar.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Cara Melihat Keberpihakan Kompasiana

11 Januari 2010   04:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:31 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Beberapa hari yang lalu, saya mendapat undangan dari kawan Faizal Assegaf untuk membaca postingannya.  Menurut saya, Tulisan itu mempertanyakan cara Kompasiana memperlakukan para anggotanya, walau bernada satire. Maksudnya, ada semacam ketidakadilan. Tulisan ini mencoba merespon “kegelisahan” kawan Faizal Assegaf. Dalam ranah teori, seharusnya media massa mempunyai prinsip Cover Both Story. Maksudnya, media merupakan saluran yang netral untuk menyebarluaskan pesan kepada khalayak. Akan tetapi, pada prakteknya media tidak berprinsip seperti itu, mengapa? Perhatikan gambar berikut: [caption id="attachment_51986" align="aligncenter" width="300" caption="Diagram dari Makalah Ibnu Hamad"][/caption] Untuk melakukan konstruksi realitas, pelaku konstruksi (baca: media blog sosial) memakai suatu strategi tertentu (6). Tidak terlepas dari pengaruh eksternal dan internal, strategi konstruksi  ini mencakup pilihan bahasa mulai dari kata hingga paragraf; pilihan fakta yang akan dimasukkan atau dikeluarkan dari wacana yang populer disebut strategi framing, dan pilihan teknik menampilkan wacana di depan publik atau strategi priming (7). Selanjutnya, hasil dari proses ini adalah wacana (discourse) atau realitas yang dikonstruksikan (8) berupa tulisan (text),  ucapan (talk), tindakan (act) atau peninggalan (artifact). Oleh karena discourse yang terbentuk ini telah dipengaruhi oleh berbagai faktor, kita dapat mengatakan bahwa di balik wacana itu terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan (9). Dalam kenyataan, wujud dari bentuk wacana itu dapat dilihat dalam beragam uah karya si pembuat wacana:

  • Text (wacana dalam wujud tulisan/grafis) antara lain dalam wujud berita, features, artikel opini, cerpen, novel, dsb.
  • Talk (wacana dalam wujud ucapan), antara lain dalam wujud rekaman wawancara, obrolan, pidato, dsb.
  • Act (wacana dalam wujud tindakan) antara lain dalam wujud lakon drama, tarian, film, defile, demonstrasi, dsb.
  • Artifact (wacana dalam wujud jejak) antara lain dalam wujud bangunan, lanskap, fashion, puing, dsb.

Dengan kalimat lain, media blog sosial merupakan institusi yang penuh dengan kepentingan politik, ekonomi dan hukum. Karenanya, blog sosial dipandang sebagai alat kekuasaan yang efektif dalam pembentukan wacana. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sebaiknya bersikap terhadap keberpihakan Kompasiana? Menurut saya, perlu adanya cara pandang (re-paradigma) baru. Jadi, Kompasiana bukan lagi dilihat sebagai media keperpihakan secara negatif melainkan sebagai media keperpihakan yang mengemban misi CSR (Corporate Social Responsibilities) perusahaan Kompas-Gramedia. Corporate Social Responsibilities (CSR) adalah kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat luas dan lingkungan. Dengan kalimat lain, kegiatan corporate social responsibility Kompasiana ini pada dasarnya merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat sekaligus sebagai sarana untuk membangun reputasi dan meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan Kompas-Gramedia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun