Berawal dari situlah, saya membentuk keyakinan diri bahwa saya ini difabel. Dampaknya ya itu tadi saya merasa minder dan mau saja diintimidasi teman sekelas. Belakangan saya mengerti (ketika saya kuliah) bahwa tindakan intimidasi itu disebut bullying dan tindakan tersebut akan mengakibatkan pengaruh tidak baik terhadap masa depan anak.
*Nama pena
*****
Jika Anak Difabel Terkena Bullying
Anak-anak Berkebutuhan Khusus (ABK atau difabel) sering mendapat intimidasi dari teman-temanya di sekolah (SD, SMP atau SMA). Khususnya di Indonesia, hal ini karena belum jelasnya konsep sekolah inklusi. Sekolah inklusi mengandaikan suatu institusi sekolah yang menerapkan pola pendidikan bersama antara siswa yang difabel dengan siswa yang tidak difabel. Belum jelasnya terletak pada tidak adanya payung hukum tentang sekolah inklusi serta praktik sekolah inklusi di indonesia masih carut-marut. Untuk selanjutnya lihat Wikipedia tentang pendidikan inklusi dan lihat Kompas tentang praktik sekolah inklusi di Indonesia.
Nah bagi orangtua yang mempunyai anak difabel serta anak itu akan bersekolah SD umum, maka perlu beberapa cara agar anak setidaknya siap menghadapi intimidasi. Pertama, beritahu sejak dini (maksudnya sebelum ia sekolah) bahwa ia berbeda. Tidak hanya itu, perlu juga diberitahukan apa itu perilaku intimidasi dan macam-macamnya. Tujuannya agar si anak paham ia rentan terkena perilaku intimidasi. Tentu menerangkannya dengan bahasa anak-anak. Kedua, ajari si anak keterampilan sosial seperti toleransi, kasih sayang dan jangan cepat tersinggung. Dalam hal ini tentunya teladan kedua orangtua di rumah dalam mencontoh perilaku keterampilan sosial, menjadi penting. Tidak hanya itu, memberitahu apa saja perilaku toleransi dan kasih sayang juga tidak boleh ditinggalkan.
Bagaimana kalau anak difabel sudah terkena intimidasi dari teman-teman sekolahnya? Pertama, luangkanlah waktu untuk mendengarkan keluhan anak tentang perilaku menindas teman-temannya Dalam hal ini dengarkan secara simpatik keluhan anak. Kedua, jangan menyalahkan si anak yang memang telah menjadi korban bullying. Dalam hal ini juga mengkritik si anak seperti, "kamu seharusnya bla bla bla..."
Lalu setelah mendengar apa saja kata Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), ajari bagaimana cara menghindari perilaku bullying. Seperti misalnya jangan membalas jika ada temannya mengintimidasi. Itu satu. Kedua, jika anak dalam situasi intimidasi, ajari agar menjauh pergi lalu laporkan ke guru. Agar anak lebih peka terhadap bullying, lakukanlah semacam praktek di rumah bagaimana cara melaporkan tindakan intimidasi.
Bagaimana dengan melaporkan ke pihak sekolah? Hal ini juga diperlukan bila semua cara yang telah disebutkan, tidak ada pengaruhnya terhadap ABK karena masih saja terkena bullying. Hal yang pertama yang dilakukan adalah catat terlebih dahulu apa saja bentuk-bentuk intimidasi yang menimpa si anak. Perincian ini berguna sebagai bahan laporan. Itu satu. Kedua, untuk menghindari situasi emosional ketika melapor ke pihak sekolah.
Melapor ke sekolah juga perlu sebagai pihak mediasi antara pelaku dan korban intimidasi. Artinya apa? jangan sekali-kali bertemu langsung dengan pelaku intimidasi di luar sekolah, apalagi bertemu orangtuanya di rumah pelaku. Ya lagi-lagi hal ini disebabkan masalah intimidasi adalah masalah emosional.
Diolah dari sumber ini dan ini.