Mohon tunggu...
Ahmed Tsar Blenzinky
Ahmed Tsar Blenzinky Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger | Content Creator | Sagitarius

Co-Founder BRid (Blogger Reporter Indonesia) | Sekarang Lebih Aktif di https://ahmedtsar.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Diplomasi Peradaban Barack Obama

8 Februari 2010   12:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:02 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_70415" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi (civiculture.wordpress.com)"][/caption]

Rubrik Luar Negeri Kompas Minggu (7/2) kemarin memberitakan, kunjungan Hamid Karzai ke Raja Fahd. Yang menarik dalam pemberitaan tersebut, topiknya adalah diplomasi peradaban. Lanjut pemberitaan tersebut, Presiden Afganistan sedang menerapkan tesis Samuel L Huntington tentang peran seseorang dalam menjembatani dua peradaban. Tentunya, dua peradaban tersebut sedang mengalami benturan. Peradaban yang satu diwakili Taliban. Dan peradaban yang lain diwakili oleh "Islam ala Demokrasi Amerika".

Dengan kalimat lain, Raja Arab Saudi diharapkan mampu mempertemukan kemudian mendamaikan dua peradaban mikro yang sedang bertikai di Afganistan. Hamid Karzai secara cerdas mampu menilai orang yang tepat untuk menjadi mediator dengan mempertimbangkan track recordnya.

Kalau dua peradaban mikro sedang didamaikan, bagaimana merukunkan dua peradaban makro yang saat ini sedang "perang dingin" bahkan cenderung bertikai? Adakah peran mediator diperlukan di sini? Kembali kepada tesis Samuel L Huntington, masing-masing dua peradaban makro yang sedang berbenturan adalah Islam dan Barat.

Tepatkah menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai seseorang yang tepat sebagaimana peran Raja Fahd? Kalau pertanyaan ini ditujukan kepada Barack Obama, jawabnya akan ya tepat. Maka dari itu, saya (Presiden Amerika Serikat) akan berkunjung ke Indonesia Maret mendatang. Lebih jauh, Presiden Barack Obama sedang mengemban misi yang sama dengan Hamid Karzai. Bedanya, Cuma di tingkatan makro dan mikro.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa Barack Obama menilai SBY sebagai orang yang tepat dalam memainkan peran mediator? Tepat karena SBY adalah kepala negara Indonesia. Opini publik seluruh dunia telah mempersepsikan, Indonesia merupakan negara Muslim terbesar. Selain itu, Indonesia mencerminkan contoh negara yang mampu menjaga pluralisme, baik agama maupun budaya. Melihat dua contoh tersebut, Barack Obama akhirnya berkeputusan untuk berdiplomasi peradaban dengan Indonesia.

Secara implisit, Amerika Serikat sebagai perwakilan barat ingin berdamai dengan siapa sehingga membutuhkan peran Indonesia? Menarik "benang merah" diplomasi peradaban antara Hamid Karzai dengan Raja Fahd, pihak yang ingin diajak rukun adalah "Islam Garis Keras". Saat ini, "Islam Garis Keras" diwakili dengan jaringan Al-Qaedah.

Semenjak peristiwa 9/11, Amerika Serikat kewalahan menghadapi jaringan Al-Qaedah. Kelabakan karena perang dijawab dengan "jihad". Contoh lebih lanjut adalah invasi Amerika serikat beserta sekutunya ke negara Irak dan Afganistan. Terbukti, sudah sekian ribu pasukan meninggal karena bom "jihad" di dua negara tersebut. Oleh karena itu, Amerika Serikat "kapok" menggunakan diplomasi keras. Artinya, saatnya AS menggunakan diplomasi peradaban.

Diplomasi peradaban mengandaikan win-win solutions. Maksudnya, dibutuhkan cara yang kreatif untuk mendamaikan dua pemikiran yang sangat berbeda dan bertolak belakang tersebut. Semoga Indonesia, khusunya presiden, mampu memerankan peran mediator dalam diplomasi peradaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun