Mohon tunggu...
Ahmed Tsar Blenzinky
Ahmed Tsar Blenzinky Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger | Content Creator | Sagitarius

Co-Founder BRid (Blogger Reporter Indonesia) | Sekarang Lebih Aktif di https://ahmedtsar.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Sosok Pembaharu Mercusuar Institut Teknologi Bandung

6 Januari 2010   02:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:36 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_49037" align="aligncenter" width="205" caption="gambar"][/caption]

Data Buku

Judul       : Bentang Ego, Alunkan Simfoni

Editor     : Sonny Yuliar dan Muhammad Panji Pujasakti

Halaman : viii + 74 + 23 Lampiran Penerbit  : Mizan Ketika memutuskan untuk bergabung dengan social blog Kompasiana, pertama kali yang saya lakukan adalah mengamati. Mengamati di sini berarti membaca berbagai tulisan dari para anggotanya (baca: kompasianers). Secara subyektif, saya memilih tulisan yang renyah terlebih dahulu untuk dibaca. Ada dua alasan mengapa saya memilih tulisan yang renyah. Selain keterbatasan waktu karena tak punya akses internet di rumah, tulisan yang gurih mencerminkan pesan yang disampaikan penulisnya mudah dicerna oleh saya. Tentu penilaian subyektif ini akan ternegasikan bila saya mempunyai akses internet di rumah secara full time. Masih banyak tulisan yang bergizi yang luput untuk dibaca. Di antaranya dari para tokoh yang dikenal secara nasional. Sebut saja misalnya Kusmayanto Kadiman (selanjutnya ditulis KK). Awalnya ketika mengetahui pertama kali nama KK di Kompasiana, jujur saya berusaha mengingat “sosok KK sepertinya terkenal secara nasional, tapi populer sebagai apa?”. Baru saya mengerti, ketika saya membaca buku KK. Buku KK berjudul “Bentang Ego, Alunkan Simfoni: Sejenak Bersama Kusmayanto Kadiman”. Dalam buku ini baru saya diingatkan kembali bahwa beliau adalah Mantan Rektor Institut Teknologi Bandung. Yang menarik, beliau merupakan sosok pertama kali yang terpilih secara demokratis sebagai rektor ITB. Dalam kata pengantar buku ini, beliau mengalahkan berbagai nama besar seperti Habibie, Abdurrahman wahid serta sejumlah profesor dan tokoh masyarakat yang lain. Apa yang menarik dari buku ini? Menurut saya, dari judulnya saja sudah menarik perhatian. Apa maksud dari ungkapan “Bentang Ego, Alunkan Simfoni”? indah bukan, rangkaian kata judul tersebut? Indah karena judul ini mengandaikan tingkat kebersahajaan seseorang hasil dari membentangkan ego kedirian. Maksud dari membentangkan disini adalah merendahkan akal, mengutamakan hati untuk berkarya. Tentu saja, maksud dari judul buku ini bukan hanya ditujukan pada seseorang melainkan juga kepada institusi yang dipimpin KK kala itu. Gagap Pergaulan Salah-satu sebab mengapa begitu banyak jumlah “penggangguran terdidik” dari berbagai universitas di Indonesia karena “seolah-olah” kampus memperlakukan para mahasiswanya untuk gaper (gagap pergaulan) di masyarakat. Di sini istilah mercusuar pantas dilekatkan pada berbagai kampus yang “mengolah” para mahasiswanya seperti gaper itu. Mercusuar mengandaikan suatu bangunan yang terpisah dari lingkungan masyarakat karena tingginya bangunan itu atau jarak yang sangat jauh di pinggir dan tengah laut. Hasil olahan mercusuar berupa mahasiswa gaper inilah yang ingin diperbaharui oleh KK. Untuk itu, KK mempunyai resep bagaimana agar para mahasiswanya tidak gaper. Resep ini terangkum dalam istilah LLC: Listen, Learn dan Change (dalam deskripsi profil KK di Kompasiana, istilah LLC juga dapat ditemukan).

Jadi, saya ingin tekankan prinsip itu tadi, be on the net. Itu penting sekali. Saya selalu mengatakan pada diri saya, dan juga pada kawan-kawan, agar be focus kemudian be on the net. Ke dua hal ini penting. Jadi, fokus di bidang atau di lini di mana Anda kuat, dan jangan ikut pertandingan yang Anda tidak melihat peluang untuk menang. Itu maksud saya dengan be focus. Yang kedua, menjadi bagian dari jejaring, be on the network, baik network keinsinyuran, network di bidang control, atau, whatever. Jika tidak, Anda tidak akan dikenal orang, diam saja sendiri, say whatever you want to say. Tentunya membangun jejaring itu baru perlu, kalau memang Anda percaya bahwa ada value yang Anda ciptakan. Jadi kembali kepada prinsip itu tadi, be on the net. Kata-kata kuncinya, you listen, you learn, you change. Perubahan apa? Perubahan yang dilakukan pada diri saya, sampai ke perubahan yang dilakukan terhadap lingkungan saya (hlm. 19).

Coba perhatikan kutipan di atas. Ya, tulisan wawancara KK mirip dengan gaya bicara motivator, katakanlah Mario Teguh. Bicaranya gaul. Ini terlihat dari istilah-istilah asing bercampur dengan Bahasa Indonesia. Hal yang sama dirasakan oleh tim editor buku ini yang mewawancarai KK. “Setelah kami gali, terungkap adanya makna yang mendalam di balik penggunaan istilah gaul, yang berkaitan dengan ego, hubungan interpersonal, ber-network, dan pengembangan potensi (kata pengantar)”. Kembali ke bahasan gaper. Selain menawarkan resep LLC, KK juga menjelaskan tentang konsep dan beberapa istilah untuk mengatasi kesenjangan antara para mahasiswa ITB khususnya dengan industri. Konsep itu bernama LINK (Laboratoria Instrumentasi dan Kontrol) (hlm.2). kemudian konsep LINK disempurnakan oleh beliau dengan berbagai istilah “the ocean of programers” (hlm.7), “insinyur gaul” (hlm.24). “International School of ICT” (hlm.28) dan “Back to Nature” (hlm.33). Secara keseluruhan, buku ini menarik untuk dibaca dan dikaji. Renyah untuk dibaca karena gaya tulisan-tulisannya mudah dicerna. Gaul seperti yang dijelaskan pada alinea sebelumnya. Berbagai gaya tulisan gaul dapat ditemukan di bagian satu dan dua dari buku ini. Sedangkan bergizi untuk dikaji karena tulisan-tulisannya bermuatan gagasan-gagasan cemerlang. Cemerlang dalam arti berbagai ide tersebut dapat dijadikan materi pembaharu. Khususnya bagi para penggerak institusi-institusi pendidikan. Selain dapat ditemukan juga di bagian satu dan dua, berbagai ide cemerlang secara khusus dapat dibaca pada bagian ketiga dari buku ini. Kerangka buku ini terdiri dari wawancara dan pidato. Hasil-hasil dari serangkaian wawancara khusus ini disajikan di bagian satu dari buku ini. Di bagian dua, pembahasan bersentral pada perubahan landscape pendidikan tinggi, dalam tautannya dengan dinamika sosial yang kini tengah berkembang. Dialog-dialog antara KK dengan beberapa figur publik seperti Hermawan Kertajaya (tokoh marketing), Renald Kasali (pakar bisnis), Parni Hadi (tokoh media massa dan pengamat politik), dan tak ketinggalan, Komisi VI DPR, dan sebuah LSM, disajikan di sini secara tematik. Persoalan yang diangkat mencakup komersialisasi kegiatan akademik, transformasi bentuk perguruan tinggi, peran dan tanggungjawab sosial dari kampus, sampai soal seleksi penerimaan mahasiswa dan penyediaan biaya pendidikan. Sedangkan di bagian ketiga menyajikan artikel-artikel yang disusun dengan bersumber pada bahan-bahan pidato KK, di berbagai forum dan event. Isu-isu yang diangkat di bagian ini mulai dari yang berorientasi ke dalam kampus, seperti higher learning culture, riset antardisiplin, transformasi kampus, sampai yang bercakupan nasional seperti perlindungan HaKI, sistem inovasi nasional, dan peran politik kampus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun