Mohon tunggu...
Ahmed Tsar Blenzinky
Ahmed Tsar Blenzinky Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger | Content Creator | Sagitarius

Co-Founder BRid (Blogger Reporter Indonesia) | Sekarang Lebih Aktif di https://ahmedtsar.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gagal Memberikan Contoh Peran

6 Februari 2010   04:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:04 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_69140" align="alignleft" width="300" caption="Kyai Slamet (ilustrasi /www.panoramio.com)"][/caption]

Ini salah-satu amatan saya. Gagal dalam memberikan contoh peran. Kondisi ini berlaku pada semua bentuk wacana. Seperti pada tulisan, lisan (biasanya juga disebut curhat) atau peristiwa simbolis. Dengan kalimat lain, kondisi "gagal dalam memberikan contoh peran" mencerminkan misi yang hendak disampaikan secara fiksi gagal karena dibaca secara nonfiksi atau faktual. Kalau ditelisik dari penyampaian pesan, sebenarnya tidak ada kata gagal karena apa yang ingin disampaikan oleh pembuat wacana tertangkap "sama persis" oleh pembaca.

Kondisi "gagal dalam memberikan contoh peran", menurut saya, muncul entah karena pembuat wacana tidak pandai dalam membuat fiksi atau pembaca terlalu cerdas dan jeli dalam hal membacanya. Misalnya, pembuat wacana terlebih dahulu sudah memberikan "contekan" sebagai petunjuk sebelum fiksi tersebut dibuat. Alhasil, pembaca mau tidak mau menghubungkan misi fiksi tersebut dengan petunjuk yang telah diberikan.

Bermasalahkah kondisi "gagal dalam memberikan contoh peran"? bagi pembuat wacana yang berkeinginan pesan ceritanya benar-benar mau dituangkan secara fiksi, tentu ini bermasalah. Kalau pesan tersebut terkait dengan diri pengarang, maka kegagalan itu berakibat turunnya kredibilitas. Kredibilitas mengandaikan kualitas kepercayaan dan kebenaran pada diri pembuat wacana. Kemudian kalau pesan tersebut terkait dengan pembaca, maka kegagalan tersebut berakibat pesan yang ingin disampaikan menjadi arbiter. Arbiter mendeskripsikan kearoganan pembuat pesan. Perhatikan, pada akhirnya pembuat wacanalah yang rugi kalau dia tidak sengaja "gagal dalam memberikan contoh peran".

Fiksi dalam kondisi "gagal dalam memberikan contoh peran" bukan hanya berbentuk sastra an sich, dapat juga berbentuk alegori, ironi, perumpamaan serta sindiran. Untuk contohnya, coba perhatikan peristiwa simbolis aksi "teatrikal kerbau sibuya" dan peristiwa simbolis reaksi "tanggapan presiden terhadap kerbau sibuya". Silakan pembaca mengartikan dua peristiwa simbolis aktual tersebut dengan kondisi "gagal dalam memberikan contoh peran". Mana yang arbiter dan mana yang dis-credibility?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun