Buku ini adalah bentuk refleksi penulis tentang hubungan harmonis antara manusia dan alam semesta yang kini semakin tidak seharmonis dulu lagi. Begitu banyak perbuatan kita sebagai manusia baik sengaja maupun tidak sengaja menjadikan alam sebagai sebuah wadah untuk mengeksplornya tapi mengetahui bahwa kita sudah merusak alam tersebut, alam tempat kita berpijak. Tindakan demi tindakan kita sebagai manusia sudah banyak melukainya. Mulai dari penebangan hutan secara liar, pembakaran, pembuangan limbah hingga penumpukan sampah yang berlebih membuat alam yang indah menjadi kenangan. Udara yang bersih dan pemandangan yang sejuk tidak dapat lagi kita nikmati seperti dahulu. Bencana yang terjadi akibat ulah kita sebagai manusia membuat hidup kita terancam mulai dari banjir, tanah longsor, hingga murkanya gunung.
Alam tercipta atas anugerah dari Sang Maha Kuasa. Ketika manusia bisa harmonis dengan alam, maka alam akan memancarkan keindahannya. Namun sebaliknya ketika manusia tidak selaras dengan alam, merusak alam, maka alam akan berubah menjadi sebuah tempat yang tidak nyaman lagi. Keindahan demi keindahan yang biasanya dipancarkan oleh alam untuk kita akan menjadi sebuah kenangan belaka.
Melalui buku ini semoga semakin menyadarkan kita semua untuk bersama menjaga dan mencintai alam seperti mencintai diri sendiri agar alam kembali indah seperti dulu.
Darimana asal sikap dan rasa itu? Temukan jawabannya di dalam buku "Harmonis dengan Alam". Banyak hal yang akan ada di dalam buku ini. Mulai dari pendidikan yang mengarah kepada mencintai alam hingga perilaku-perilaku yang akan membawa alam kita bisa kembali indah seperti dulu. Selamat menikmati indahnya alam dengan sikap mencintai dimulai dari diri Anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H