Mohon tunggu...
Ahmad Zainudin
Ahmad Zainudin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Tempat diskusi paling bebas dan aman adalah ruang kelas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengurung Rantai Pemangsa, Bukan Korban

6 Juni 2019   16:42 Diperbarui: 6 Juni 2019   16:49 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyaknya manusia keluar di malam hari tentu meningkatkan riuh suasana. Dengan mata sayup manusia kini rela bangun tengah malam untuk memeriahkan pesta-pesta guna bertemu sesama. Sangat cocok dengan lampu-lampu kota malam yang tak pernah mati.

Kehidupan kota ramai tengah malam tentu saja tak luput dari pengamatan penduduk hutan. Jangan heran jika dua ekor penduduk hutan Prof. Kancil dan assistennya Dr. Rusa sengaja melakukan penelitian dengan mengubah tampil dalam bahasa manusia.

Prof James Butt, seorang aktivis pengamat etika sosial, memandu dua rekannya Prof. Kancil dan Dr. Rusa untuk melihat riuh hura-hura kehidupan malam. Suasana malam seperti jadi candu bagi manusia. Berdasarkan pengamatan Prof. Kancil kehidupan malam sangat menjual. Malam yang dulunya dilihat sebagai tempat istirahat kini berubah dilihat sebagai sumber pendapatan.

Sayangnya ada yang menjanggal bagi Dr. Rusa dan dia bertanya kepada Prof. Butt, "Selama kami melakukan pengamatan 2 bulan berjalan di kota tengah malam, yang terlihat hanyalah pria". Dengan santai Prof. Butt menjawab, "Pria memang suka begadang, demi keamanan perempuan dan anak-anak diberi batasan jam malam untuk istirahat dirumah".         

Dr. Rusa bingung dan menjawab, "Sejujurnya kami masih kurang paham. Kalau di hutan ada rantai pemangsa yang dikurung binatang buasnya, bukan korbannya". Dengan guyonan Prof Butt menjelaskan, "Maklum beda di hutan, kalau di kota binatang buasnya mengincar butt, bukan beef. Begitu juga saya."

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun