Mohon tunggu...
Ahmat Wisnu
Ahmat Wisnu Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer | Journalism | Communication Skills

Seorang lulusan Ilmu Komunikasi yang awalnya tertarik pada jurnalisme warga kemudian mengembangkan minat dalam menulis berbagai topik. Dengan semangat belajar yang tinggi, saya akhirnya terdorong untuk memperdalam pengetahuan tentang dunia penulisan dan berbagai hal lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jejak Kehidupan Bapak Republik Indonesia Tan Malaka

27 Mei 2024   16:03 Diperbarui: 27 Mei 2024   16:27 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

  • Singkat Tentang Tan Malaka
    Ibrahim Datuk Tan Malaka, yang lebih dikenal sebagai 'Tan Malaka', adalah seorang tokoh revolusioner Indonesia yang lahir pada 2 Juni 1897 di Pandan Gadang, Sumatera Barat. Dia terkenal sebagai seorang pemikir, pemimpin, dan pejuang kemerdekaan yang gigih dalam melawan penjajahan Belanda. Tan Malaka memperoleh pendidikan di Belanda dan terinspirasi oleh ide-ide Marxisme, yang kemudian membentuk pandangannya tentang perjuangan dan kemerdekaan.
  • Tan Malaka kurang terkenal sebagai pahlawan nasional?
    Anhar Gonggong, seorang sejarahwan, menjelaskan bahwa kurangnya ketenaran Tan Malaka sebagai pahlawan nasional disebabkan oleh kebijakan rezim Orde Baru. Pemerintah Orde Baru, di bawah kepemimpinan Soeharto, menganggap Tan Malaka sebagai seorang antek komunis. Namun, Tan Malaka sebenarnya telah dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden No. 53 Tahun 1963. Bahkan, Soekarno pernah menunjukkan kepercayaannya terhadap Tan Malaka dengan menyerahkan surat wasiat untuk melanjutkan perjuangan jika pemimpin bangsa ditangkap oleh Belanda.
  • Perolehan Gelar Bapak Republik Indonesia Tan Malaka
    Tan Malaka mendapat gelar 'Bapak Republik Indonesia' karena kontribusinya yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan melalui pemikiran dan tulisan-tulisannya yang visioner, serta pengakuan resmi dari pemerintah Indonesia.

    Konsep republik yang digagas oleh Tan Malaka diungkapkan dalam karyanya yang berjudul "Naar de Republiek" yang diterbitkan pada tahun 1925. Karyanya ini bahkan dianggap sebagai inspirasi bagi karya-karya penting lainnya, termasuk karya Mohammad Hatta dan Soekarno.

  • Misteri Wasiat Soekarno
    Terdapat sebuah cerita menarik tentang perhatian khusus yang diberikan oleh Presiden Soekarno kepada Tan Malaka. Dikatakan bahwa Soekarno sangat dipengaruhi oleh pemikiran dan perjuangan Tan Malaka dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Soekarno bahkan pernah menulis sebuah wasiat politik yang menyatakan bahwa Tan Malaka layak dipertimbangkan sebagai penggantinya jika terjadi sesuatu padanya. Meskipun detail dan keberadaan pasti dari dokumen wasiat ini masih menjadi perdebatan, pengakuan tersebut menegaskan pentingnya peran Tan Malaka dalam sejarah perjuangan Indonesia.
  • Detik Akhir Tan Malaka
    Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, terjadi peristiwa penting di mana Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditawan oleh pasukan Belanda dalam Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948. Penawanan ini menyebabkan kekosongan kepemimpinan di pemerintahan Republik Indonesia. Tan Malaka dan kelompoknya berusaha mengisi kekosongan ini dan melanjutkan perjuangan melawan penjajah dengan membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat. Namun, masa kepemimpinan sementara Tan Malaka tidak berlangsung lama karena terlibat dalam konflik internal dengan sesama pejuang kemerdekaan dan pihak militer Indonesia yang tidak sepenuhnya mendukung langkah-langkahnya. Hingga akhirnya, Tan Malaka dieksekusi oleh pasukan militer Republik Indonesia di wilayah Kediri, Jawa Timur, pada bulan Februari 1949, yang dipimpin oleh Letnan Soekotjo.

    Akhirnya revolusi yang dipimpin oleh Tan Malaka harus terhenti oleh tangan bangsa kita sendiri. Konflik internal dan ketegangan politik antara sesama pejuang kemerdekaan menjadi faktor utama dalam mengakhiri peran aktifnya dalam perjuangan. Hal ini menggambarkan kompleksitas dinamika politik pada masa itu, di mana persatuan dalam meraih kemerdekaan seringkali terhalang oleh perpecahan dan ambisi individual. Meskipun akhir hidupnya tragis, namun peran Tan Malaka dalam perjuangan kemerdekaan tetap diakui, dan pada tahun 1963, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden No. 53 Tahun 1963.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun