Gedung Tataan(30/01).Ketua DPW LDII Lampung, H. M. Aditya menekankan kembali pentingnya mewujudkan tagline yang dibangun secara nasional "LDII untuk Bangsa" melalui peran karya, kontribusi, dan komunikasi. Hal itu ia ungkapkan saat memberikan pengarahan sekaligus membuka secara resmi Musyawarah Daerah (musda) IV LDII Kabupaten Pesawaran pada Rabu (29/01).
Aditya mengungkapkan, LDII adalah ormas besar yang telah dikenal masyarakat umum, maka tentu mereka akan menanyakan apa manfaatnya LDII di tengah-tengah masyarakat. "Oleh karena itu, melalui Musda ini, LDII Pesawaran khususnya selain memilih etua dan menyusun kepengurusan baru lima tahun kedepan,juga agar merumuskan program-program yang dapat dieksekusi dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat. LDII harus mampu menunjukkan karya-karya nyata, sekecil apapun yang berdampak dan memberikan kontribusi positif untuk warga" ujarnya.
Lebih lanjut, Aditya mengajak segenap pengurus LDII Pesawaran untuk mengkomunikasikan terhadap kerja-kerja organisasi tersebut kepada pemerintah, stakeholder tekait, dan masyarakat umum. Insya Allah keberadaan LDII dapat memberikan manfaat untuk bangsa. "Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain," tegasnya.
Selain itu, Aditya juga mengigatkan perlunya peran LDII dalam mewujudkan Indonesia emas 2045 dengan membentuk sumberdaya manusia profesional religus dengan penerapan 29 karakter. "Saya melihat tema Musda sudah mengerucut pada Pendidikan karakter luhur dan ini memang sedang kita gencarkan mulai dari anak usia dini hingga orang tua," ujarnya.
Ia percaya, dengan pendidikan karakter yang diimplementasikan sejak dini, generasi emas yang diharapkan pada tahun 2045 dapat terwujud. "Kalau tidak disiapkan dari sekarang, mereka bukan menjadi generasi emas, melainkan generasi yang cemas. Ini bisa menjadi bencana demografi jika kita tidak melakukan langkah-langkah yang tepat," tegasnya.
Aditya pun tak lupa mengingatkan tentang fenomena "strawberry generation" yang muncul akibat pola asuh yang kurang baik dari orangtua, yang sering kali terlalu memanjakan dan mengkhawatirkan anak-anak mereka. "Mereka adalah generasi muda yang diibaratkan seperti buah stroberi yang eksotis dan menarik, namun mudah hancur apabila sedikit ditekan, alias tidak tahan bantig, mudah menyerah dan putus asa. Oleh karena itu, pembelajaran 29 karakter luhur menjadi kunci untuk membentuk generasi muda kita menjadi generasi kristal, yaitu generai yang kuat, tekun, dan siap menyongsong masa depan lebih baik," pungkas Aditya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI