Mohon tunggu...
AHMAT NURDIN
AHMAT NURDIN Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Organisasi dan komunitas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prof Yudi Latif: Pancasila adalah Filsafat yang Diterapkan Sehari-HAri

24 November 2024   12:46 Diperbarui: 24 November 2024   12:48 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akademisi Ilmu Pengetahuan Indonesia (IPI) Yudi Latif saat menjadi narasumber pada Sekolah Virtual Kebangsaan Sesi I DPP LDII

Jakarta (23/11). Akademisi Ilmu Pengetahuan Indonesia (IPI) Yudi Latif mengatakan bahwa Pancasila adalah filsafat yang diterapkan sehari-hari (Weltanschauug). Maksudnya, Pancasila menjadi ideologi atau jembatan filosofis di Indonesia dan juga pandangan dunia.

Hal itu ia sampaikan di hadapan peserta Sekolah Virtual Kebangsaan Sesi I yang digelar DPP LDII pada Sabtu (23/11) secara daring dan luring.

Yudi menjelaskan, weltanschauug ada kaitannya dengan ideologi. "Jika weltanschauug merupakan pandangan dan laku yang sudah hidup di masyarakat, filsafat adalah pemikiran saintifik rasional yang universal," katanya.

Masalahnya, kata dia, pemikiran atau filsafat itu tidak semua menjadi pandangan dunia dan sebaliknya, tidak semua pandangan dunia menjadi filsafat. Mengutip Bung Karno, dasar kemerdekaan Indonesia yakni mengenai pemikiran mendalam untuk diatasnya didirikan bangunan berupa Indonesia merdeka.

Ia menyebut, sila pertama, kedua, dan ketiga adalah rangkuman pemikiran atau filsafat dasar negara sedangkan sila keempat dan kelima adalah tata kelolanya.

Para founding fathers, kata Yudi, mengolah dengan berbagai pemaknaan dasar negara. Artinya, kearifan lokal di masing-masing tempat diabstraksi membentuk sistem filosofi yang universal.

"Filsafat yang diterapkan Pancasila, jadi pendirian hidup dan laku sehari-hari. Sebagai weltanschauug," ujarnya. Karena itu, Pancasila perlu proses pelangitan dan pembumian terus-menerus.

Problem saat ini, menurut Yudi, perkembangan ilmu ketatanegaraan Pancasila, ekonomi, dan politik belum meningkat. "Pelakunya yang tidak ada, maka pengembangannya jadi ambil dari ilmu yang lain," ujarnya.

Pancasila Itu Ideologi atau Bukan?

Yudi memaparkan, jika benar-benar menjadi filosofis, mau tidak mau jembatannya adalah ideologi. Mengembangkan dasar negara dengan Pancasila, maka perlu mengembangkan nilai-nilai yang menjadi alat rekayasa sosial. Karena sebagai kerangka objektif, normatif filosofis Pancasila barulah menjadi pandangan ideologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun