Terdapat satu persamaan pada partai-partai di Indonesia. yaitu, tiap partai memiliki tokoh sentral yang menjadi magnet perhatian masyarakat. contohnya PDIP dengan Jokowi, Nasdem dengan Surya Paloh, Gerindra dengan Prabowo, PKB dengan Cak Imin, dll. Jumlah suara pemilu selaras dengan tingginya elektabilitas tokoh tersebut. Fenomena ini menunjukkan demokrasi Indonesia yang masih bergantung pada tokoh, bukan substansi.
Secara kualitas, praktik demokrasi di Indonesia masih hanya berupa adu pencitraan, bukan pada substasi program kerja. Hal ini menyebabkan suara rakyat hasil pemilu tidak berdampak terhadap perbaikan pemerintahan. Sosok yang terpilih tidak mampu menjalankan amanah rakyat.
Disisi lain, kultus individu dimanfaatkan elit politik untuk menjaga pengaruhnya. Mereka memanfaatkan pendukungnya untuk menyerang lawan politiknya. Sehingga hal ini menyebabkan polarisasi ditengah masyarakat. Sebagai contoh, fenomena cebong-kadrun yang masih kita lihat hingga hari ini. barisan cebong yang mengkultuskan Jokowi dengan segala kebijakannya. Dan barisan kadrun yang siap membela setiap pernyataan kontroversial Habib Rizieq. Kedua kelompok ini menjadi contoh konkret permasalahan demokrasi di Indonesia, yang harus segera kita selesaikan.
------
Artikel ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu oleh Bp. Sukron Mazid S.Pd., M.Pd.
Ahmad Ma'ruf
2020150012
Kelas TI-1
Teknik Informatika UNSIQ - 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H