Mohon tunggu...
Zidan Novanto
Zidan Novanto Mohon Tunggu... Auditor - Investor

Tulisan tidak mencerminkan tempat penulis bekerja dan tidak mengatasnamakan institusi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Permainan Para Boneka Raja

15 Agustus 2024   06:55 Diperbarui: 15 Agustus 2024   06:57 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah negeri yang dulunya dipuja karena keterbukaannya, kini kompetisi tak lagi menjadi ajang untuk bersaing secara adil. Seorang pemimpin tertinggi, yang pernah dijunjung sebagai penjaga nilai-nilai luhur, kini berubah menjadi sosok pengatur bayangan di balik layar. Dengan hati-hati, ia menempatkan orang-orang kepercayaannya di berbagai posisi strategis, memastikan bahwa setiap langkah kompetisi berjalan sesuai rencana yang telah ia buat.

Aturan-aturan baru diperkenalkan dengan alasan menjaga "stabilitas." Namun, di balik semua itu, tersirat keinginan untuk mengendalikan jalannya kompetisi. Entitas-entitas besar yang sebelumnya bebas bergerak, kini tampak terikat oleh kerja sama yang tak kasat mata. Para peserta dari pihak lain perlahan-lahan terpinggirkan melalui kebijakan dan keputusan yang tampaknya sah, tetapi nyatanya penuh dengan kepentingan tersembunyi. Rakyat pun mulai menyadari bahwa apa yang mereka saksikan bukan lagi persaingan yang sesungguhnya, melainkan sebuah pertunjukan yang telah diatur.

Pada awalnya, ada kebingungan, ada keraguan. Beberapa masih mencoba melawan arus, berharap kompetisi bisa kembali adil. Namun, semakin waktu berlalu, semakin jelas bahwa hasilnya telah ditentukan jauh sebelum dimulainya pertandingan. Rakyat mulai kehilangan minat. Mereka tak lagi antusias, tak lagi peduli. Harapan mereka sirna, digantikan oleh apatisme.

Saat kompetisi akhirnya digelar, suasana di negeri itu terasa datar. Tak ada lagi sorak sorai yang menggema di jalanan. Para penonton tak lagi bersemangat untuk memberikan dukungan, karena mereka tahu, pemenangnya telah dipastikan. Pertanyaan "siapa yang akan menang?" sudah tak lagi relevan, karena jawabannya telah jelas sejak awal. Rasa skeptis merasuki hati rakyat. Mereka mulai mempertanyakan arti dari semua ini, mempertanyakan tujuan dari sebuah kompetisi yang sudah bisa ditebak.

Diskusi-diskusi yang dulu menghangatkan kedai-kedai kopi kini hilang. Media hanya menyiarkan laporan rutin tentang jalannya pertandingan, namun tanpa semangat, tanpa antusiasme. Para penonton hanya menonton, tanpa rasa, tanpa makna. Mereka telah menjadi apatis terhadap sistem yang seharusnya memberi mereka kesempatan untuk bersuara, tetapi kini telah berubah menjadi panggung pertunjukan bagi segelintir orang.

Dan meskipun rakyat menyadari permainan ini, mereka terjebak dalam ketidakberdayaan. Ada risiko yang terlalu besar untuk diambil jika mereka memilih melawan. Ancaman kehilangan kesejahteraan dan kenyamanan membuat mereka mundur, memilih diam dan pasrah. Residunya dapat merusak ketenteraman hidup sebagai rakyat biasa, yang hanya ingin menjalani hari-hari tanpa gangguan. Dalam keheningan, mereka menyerah pada nasib, karena bagi mereka, melawan bukanlah pilihan yang sepadan dengan risikonya.

Di negeri ini, permainan para boneka raja terus berlanjut. Sementara itu, rakyat? Mereka hanya diam, terperangkap dalam kebisuan dan ketidakpedulian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun