Bukankah cara mencintai itu berbeda-beda? Lantas mengapa masih berkutat dalam khayalan?
Bukankah cara langit mencintai dengan rahmat-Nya?
Bukankah cara bumi mencintai dengan memekarkan bunganya?Â
Sedangkan Tuhan menciptakan berbagai ujian agar kita senantiasa mengingat-Nya, bukankah itu tanda cinta dari-Nya?
Bukankah lebih romantis jika kita mengetahui bahwa standar cinta itu berbeda-beda?Â
Standar cinta bukan hanya berupa perhatian, kalimat-kalimat baik, atau hadiah-hadiah yang manis.Â
Jika kita mendefenisikan cinta seperti itu bukankah tidak adil? Tidak adil bagi orang yang memiliki pribadi yang tertutup.
 Mereka mencintai dengan tatapan marah, isyarat jangan, bait tulisan tanpa pengenal, atau bisik nasihat yang menggetarkan atau malah sindiran cemburu.
Sudahlah, Cinta itu soal apa yang dirasakan bukan soal apa yang diinginkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H