• Ketika Media Sosial Mengikis Empati: Merubah Perilaku Sosial di Era Digital
**Penulis:**
1. Ahmad Zaki - UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jurusan Hukum Tata Negara
2. Raden Rizki Abdullah Dwi Effendi - UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jurusan Hukum Tata Negara
3. Suryo Hadi Kusumo - UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jurusan Hukum Tatanegara
• Abstrak
Analisis ini mengeksplorasi dampak penggunaan media sosial terhadap perubahan pola empati di era digital. Fokus Analisis adalah bagaimana media sosial mengubah cara individu berinteraksi secara emosional dan memengaruhi hubungan interpersonal. Dengan menggunakan pendekatan analisis literatur dan data empiris, penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun media sosial memungkinkan koneksi lintas batas geografis, interaksi yang terjadi sering kali bersifat dangkal dan cenderung menggantikan empati mendalam. Fenomena seperti "performative empathy" mencerminkan ekspresi empati yang bersifat simbolis tanpa pemahaman emosional yang sejati. Analisis ini juga menyoroti tantangan yang muncul dari isolasi sosial digital, yang berkontribusi pada menurunnya kualitas hubungan interpersonal. Untuk mengatasi hal ini, artikel ini menawarkan strategi seperti penerapan empati digital yang autentik, pembatasan waktu penggunaan media sosial, dan peningkatan kualitas komunikasi. Dengan demikian, diperlukan pendekatan holistik untuk memanfaatkan media sosial secara bijak demi memperkuat nilai-nilai empati di tengah perkembangan teknologi.
Â
• Pendahuluan
Dalam era digital yang terus mengalami perkembangan pesat, media sosial kini menjadi elemen penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, di balik berbagai kemudahan dan kepraktisan yang disuguhkan, muncul fenomena yang memprihatinkan: koneksi digital yang semakin erat justru kerap diiringi oleh keterputusan emosional. Fenomena ini memunculkan pertanyaan penting: apa penyebabnya dan bagaimana dampaknya terhadap pola interaksi sosial kita di masa depan?
Menurut Dr. Beni Ahmad Saebani M.Si dalam bukunya "Ilmu Sosial Dasar" (2023),Halaman 149 Dan 157. perubahan perilaku merupakan proses penggantian satu tingkah laku dengan tingkah laku lain karena penyebab tertentu.
Dan dijelaskan juga bahwa Empati merupakan  proses kejiwaan yang merasakan pahitnya keadaan orang lain disertai dengan perasaan organisme tubuh yang sangat dalam.
 Dalam konteks media sosial, perubahan ini terlihat jelas dalam cara kita berinteraksi dan berempati.
• Dampak Media Sosial terhadap Empati
# Komunikasi Instan vs Komunikasi Mendalam
Transformasi komunikasi dari tatap muka ke digital telah mengubah cara kita berinteraksi. Meskipun komunikasi digital menawarkan kecepatan dan efisiensi, seringkali kehilangan elemen penting seperti:
- Ekspresi wajah
- Bahasa tubuh
- Nada suara
- Kontak mata
Hal ini berdampak signifikan pada kemampuan kita untuk berempati secara mendalam dengan orang lain.
# Budaya Like dan Komentar
Fenomena "performative empathy" menjadi semakin umum di media sosial. Margaret Smith (2022) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa banyak interaksi di media sosial hanya menjadi gestur simbolik tanpa makna mendalam. Likes dan komentar singkat seringkali menggantikan percakapan bermakna dan pemahaman yang sesungguhnya.
# Isolasi Sosial Digital
Paradoks terbesar era digital adalah bagaimana kita bisa merasa kesepian di tengah ribuan koneksi online. Penelitian menunjukkan bahwa:
1. Semakin banyak waktu yang dihabiskan di media sosial, semakin tinggi tingkat kesepian yang dirasakan
2. Koneksi virtual tidak dapat sepenuhnya menggantikan interaksi tatap muka
3. Kualitas hubungan sosial cenderung menurun seiring meningkatnya ketergantungan pada komunikasi digital
• Bukti Ilmiah dan Penelitian
# Krisis Empati Generasi Digital
Temuan mengejutkan dari penelitian di Amerika Serikat (2023) menunjukkan bahwa Generasi Z memiliki tingkat empati 40% lebih rendah dibandingkan generasi Milenial. Hal ini menjadi peringatan serius tentang dampak media sosial terhadap perkembangan sosial-emosional.
# Dampak pada Kesehatan Mental
Penelitian dari jurnal SOSTECH (2023) mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial berlebihan dapat menyebabkan:
- Kecemasan sosial
- Depresi
- Penurunan harga diri
- Ketergantungan validasi digital
• Strategi Membangun Kembali Empati
# Kesadaran Digital
1. **Komunikasi Bermakna**
  - Luangkan waktu untuk membaca dan memahami pesan
  - Berikan respons yang thoughtful
  - Prioritaskan kualitas di atas kuantitas interaksi
2. **Pembatasan Waktu Media Sosial**
  - Tetapkan jadwal penggunaan media sosial
  - Ciptakan waktu bebas gadget
  - Fokus pada interaksi langsung
# Praktik Empati Digital
1. **Respons Mendalam**
  - Hindari balasan singkat dan emoji tanpa konteks
  - Tunjukkan pemahaman terhadap perasaan orang lain
  - Berikan dukungan yang bermakna
2. **Mendengarkan Aktif dalam Ruang Digital**
  - Fokus pada satu percakapan
  - Tanyakan pertanyaan yang menunjukkan kepedulian
  - Berikan umpan balik yang konstruktif
## Penutup
Media sosial bukanlah musuh, melainkan alat yang membutuhkan kebijaksanaan dalam penggunaannya. Masa depan interaksi sosial akan ditentukan oleh kemampuan kita menyeimbangkan kehidupan digital dengan empati manusiawi.
Untuk membangun kembali empati di era digital, kita perlu:
1. Mendidik generasi muda tentang pentingnya empati digital
2. Menciptakan ruang dialog yang autentik
3. Menggunakan teknologi untuk mendekatkan, bukan menjauhkan
4. Memprioritaskan kualitas hubungan di atas kuantitas koneksi
## Daftar Referensi
1. Saebani, B. A. (2023). Ilmu Sosial Dasar. CV Pustaka Setia.
2. Edward, M. (2022). How Social Media Has Changed How We Communicate. Fowmedia. https://fowmedia.com/social-media-changed-communicate/amp/
3. Smith, M. (2022, October 5). What is Performative Empathy and How to Avoid It. UXL Blog. https://uxlblog.com/2022/10/05/what-performative-empathy-avoid/
4. Cahya, M. N., et al. (2023). Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Remaja. Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH).
5. Christina, et al. (2019). Pengaruh Media Sosial terhadap Harga Diri Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia.
6. Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence. Bantam Books.
7. Davidson, J., & Davidson, L. (2020). Digital Empathy in Online Communication. Journal of Social Computing, 3(2), 145-159.
8. Brown, B. (2018). Dare to Lead: Brave Work. Tough Conversations. Whole Hearts. Random House.
9. Turkle, S. (2015). Reclaiming Conversation: The Power of Talk in a Digital Age. Penguin Books.
10. "Benarkah Terjadi Krisis Etika pada Generasi Z?" (2023, February 22). Tebuireng Online. https://tebuireng.online/benarkah-terjadi-krisis-etika-pada-generasi-z/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H