[caption id="attachment_136287" align="aligncenter" width="680" caption="http://monkeydonkeyrules.blogspot.com/"][/caption] Tak mau kalah dengan opini yang menyudutkan almamaternya salah satu siswi indraswari Pangestu menulis blog apa yang sebenarnya terjadi di sekolahnya. Hal ini dilakukannya karena wartawan yang terlibat tawuran di SMAN 6 lalu selalu menuntut haknya tanpa mau memperhatikan hak orang lain. Dipicu masalah tersebut, tawuran yang semula terjadi antara siswa sekolah SMAN 6 Mahakam dan SMAN 70 Bulungan berubah menjadi tawuran antara siswa SMAN 6 versus Mahasiswa. Sangat saya sesalkan semua ini bisa terjadi. Menurut Indraswari, semuanya bodoh, masalah kok diselesaikan dengan kekerasan. Namun dia menyesalkan perbuatan wartawan yang sangat provokatif di sekolahnya, hingga naik-naik ke atas atap dan menginjak-injak gedung sekolah yang di bawahnya ada aktifitas belajar. Pendapat Indraswati, hal inilah yang memicu masalah semakin runyam dan memanaskan suasana hingga bentrokan terjadi. Media yang terus memojokan posisi siswa SMAN 6 Jakarta, berusaha dia lawan dengan menuliskan kronologis kejadian yang telah mendapat 645 komentar dari pengunjung. Perlawanan mikro blog juga tak kalah sengit. Hashtag SMA6 semakin populer yang rata-rata memberikan dukungan dan simpati terhadap siswa SMA6. Beberapa tokoh blog seperti @panji ikut memberikan memberikan dukungan dengan mentwit dan retwit ke folowernya dengan dukungan ke SMA6. Berapa pendapat pengguna twitter menyatakan bahwa tawuran demi tawuran yang terjadi adalah oknum lain dari luar siswa. Mereka sangat menyayangkan bila diduga terkena provokasi pihak ketiga sehingga terjadi tawuran lanjutan. Mereka memberi alasan, kalau lahan SMA6 adalah lahan stategis untuk pasar modern. Kejadian tawuran demi tawuran bisa menjadi alasan agar lahan tersebut dikosongkan. Uni Lubis tokoh media televisi juga membenarkan adanya provokasi tersebut. “Tadi di #TopikPagi, Kapolres Jaksel katakan ada 'pihak luar' yg belum jelas, lemparkan mangkok dlm tawuran di #sma6. Usut deh, Pak,” kicau Uni Lubis. Usaha siswa SMA6 jakarta untuk mengimbangi opini berbagai media dengan menulis di blog membuahkan hasil. Opini yang dulunya dominan menyudutkan siswa SMA 6 berbalik arah menjadi pihak wartawan yang tersudut. Ternyata, media mainstream yang super power tersebut harus berdamai dengan news media alias blogging. Sebuah khabar gembira tentunya agar para wartawan media mainstream tidak terlalu menjadikan tameng UU pers. Hanya cara dan metode menyampaikan informasinya saja yang berbeda, antara blogger dan wartawab. Toh, semuanya bebas menentukan pendapat, semua berhak mendapatkan informasi terutama yang seimbang. Semoga paska kejadian ini tak ada lagi yang sewenang-wenang untuk mendapatkan informasi, apalagi memaksa mendapatkan informasi dengan cara-cara yang provokatif dan tidak menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H