[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Rombongan Bupati Tuban bersama muspida disambut kesenian reog ponorogo. (Foto: maszen)"][/caption]
Reog Ponorogo dijadikan sebagai performance art utama pada pembukaan pameran hari jadi tuban ke 716 tahun. Sebuah umur kota yang terbilang cukup tua, dan pastinya menyimpan budaya tradisi tersendiri. Kesenian reog persembahan dari sanggar seni pudak arum binaan PT Semen Gresik digunakan untuk menyambut Bupati Tuban Haeny RRW beserta Muspida. Reog kenapa musti kesenian reog yang berasal dari ponorogo, ujar pengunjung, yang ditampilkan, sedangkan masih banyak kesenian yang lain asli Tuban yang masih perlu dipromosikan seperti Kesenian Sandur Kalongking, Tayub, atau Karawitan.
[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="warog ponorogo pun masih mempersembahkan tariannya di depan hadirin dan tamu terhormat. (foto: maszen)"]
Meski terhibur, namun Haeny tetap kritis. Seperti yang disampaikannya dalam Pidato sambutan, kita promosikan budaya dengan akulturasi budaya nusantara. Sembari meminta Komandan Kodim 811 Letkol Inf Dadang Sudrajat memperagagan tari dari daerah asalnya periangan dengan iringan musik pengiring reog. Sang letkolpun berdiri menari malu-malu menuruti tanggapan sang bupati hadirin. Tak luput sang kapolres pun terkena bagian untuk memperagakan tarian daerah asalnya dengan iringan musik reog. Sang kapolrespun menari, namun sempat protes “lha ga nyambung Bu.” Sang Bupati dengan cerdas menimpali dalam budaya tak ada yang tidak nyambung.
Blogger sendiri pun bingung menyaksikannya. Apakah improvisasi sang bupati kali ini untuk menutupi kekurangan panitia karena kesenian dan budaya tuban tidak ditampilkan dalam pembukaan pameran. Atau bahasa bupati untuk menyatukan berbagai pejabat muspida tuban yang tidak berasal dari daerah tuban. Namun sayang rangkaian peringatan hari jadi tuban tidak disertai dengan promosi budaya kota Tuban yang memperoleh penghargaan memiliki sarana infrastruktur terbaik se Indonesia. Satu lagi pernyataan yang menarik dari Bupati Tuban. Bupati Tuban mempromosikan rumah hantu. Masyarakat Tuban akan dihibur dengan hantu perempuan berambut panjang yang sakti. Belum pernah ada ditampilkan hantu tersebut, dan kini hanya ada di rumah hantu. Hantu tersebut sakti tak tertandingi. Ujar bupati sambil menunjuk lokasi rumah hantu dari podium dia bicara. Waduh hantu Bu, ibu mau menakuti masyarakat tuban atau menghibur? Jadi ingat SBY, yang menyebut juga drakula dalam pidato kenegaraan. Sementara itu, Pameran yang berlokasi di terminal lama Tuban ternyata tak banyak diikuti pengusaha, pengrajin dan pedagang Tuban. Tak tahu kenapa pengusaha yang berusaha di tuban tak banyak yang mengambil stan bazaar padahal harga stand tergolong murah. Stand seluas 3 X 8 meter hanya berharga 2 juta, itupun bisa dibayar belakang setelah pameran selama 1 minggu ini selesai. Nampak hanya stand-stand dari dinas-dinas di lingkungan pemkab tuban, dan 2 industri semen yakni Semen Gresik dan Holcim yang nampak. “Pameran tak ramai,” keluh seorang pengunjung perempuan yang juga PNS di lingkungan pemkab tuban. http://ahmadzainul.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H