[caption id="attachment_243393" align="alignleft" width="300" caption="diunduh dari http://www.sterling.edu/files/images/divine%20servant.preview.jpg"][/caption] Beginilah kalau punya pimpinan yang belum tegas. Maju kena mundur kena. Itu yang kini dihadapi pemerintah. Saling tuding antarpihak yang terkait, siapa yang salah dan siapa yang tidak mau disalahkan. Demikian fenomena yang menggemaskan hati nampak akhir-akhir ini. Ketika bola liar barter petugas KKP Indonesia dengan tujuh nelayan Malaysia kembali ke kaki anggota DPR RI. DPR RI menendang bola ke arah Djoko Suyanto Menteri yang berasal dari kalangan TNI yang dianggap bisa menahan bola liar tersebut. Eh, Malah Djoko Suyanto tolah-toleh ke arah mana bola mau diumpankan. Bingung!??!!?* Djoko Suyanto menendang pelan ke arah Menteri KKP Fadel Mohammad. Hmmm, bisa main bola ga sih? Main bola ga bisa, main badminton ga bisa, terus main apa yang bisa? Nyerah dech, gimana dukungnya ya!!! Gemesss, gemess, gemessss... lalu mereka ini diangkat dan dibayar tinggi untuk main apa? Husst, terdengar berita di telingaku, “Mereka dibayar untuk main curhat.” Presidennya aja curhat mulu, lanjut sumber berita ditelingaku. “Tuh, lihat curhat lagi toh,” bisiknya lagi Lantas kapan kerjanya? Kerjanya ya curhat jawabnya. Neh contohnya, lanjutnya, karena presidennya memberikan juknis curhat, menteri-menteri pun "meniru" jejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berusaha menutupi kelemahan kinerja pemerintahnya dengan mencari simpati rakyat dan berkeluh kesah menimpakan kesalahan kepada pihak lain. Ooo, seperti yang ditwitter itu ya. “Wah, kalau ditwitter itu curhatnya kacau, liat aja kicauannya kacaukan,” ujarnya. Setahu saya kebiasaan curhat itu kebiasaan jongos, bukan pemimpin. “La ya no, mosok la ya yes, gimana sih sampeyan itu,” jawabnya lagi. Masak pantes namanya menteri atau anggota dewan itu menyampaikan keterangannya resminya lewat kicauan, mestinya lewat TVRI atau lembaga resmi yang dia miliki. Ooo gitu toh... sebab akibat istilah indon yang sudah dikenal seantero dunia sebagai jongos atau budak belian tak pernah hilang. Lantas kalau kita dianggap jongos terus, presiden kita itu jongosnya siapa? “Hush, Jangan Curhat mulu,” sergahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H