Mohon tunggu...
Mas Zen
Mas Zen Mohon Tunggu... lainnya -

Nama lengkap ahmad zainul ihsan arif biasa dipanggil maszen. Mencoba menceritakan kehidupan yang dilihat oleh mata dan batin. Menulis apa yang diyakini untuk disharing. website

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di bawa Pulang Naik Pesawat Mewah dan Ditahan Di Rutan yang Penghuninya Banyak Kabur

13 Agustus 2011   12:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:50 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_125095" align="alignleft" width="630" caption="Interior Pesawat Carteran Nazarudin"][/caption] Inilah photo pesawat carteran nazarudin yang sudah beredar di banyak media. Nampak seperti pesawat plesiran bukan pesawat tahanan yang ada jeruji besinya di belakang. Mungkin sebab itu, rombongan penjemput nazarudin betah berlama-lama di pesawat. Padahal, semakin lama semakin mahal perjalanan Nasrudin menggunakan pesawat carteran mewah itu. Pasalnya, pesawat carteran mewah nazarudin tersebut disewa dengan harga per jam. Tarifnya kata Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto, 7.000-8.000 dolar AS per jam (atau Rp 59-68 juta dengan kurs per dolar Rp 8.500). Itu belum yang lain-lain, fee untuk landing, fee navigation, itu ada standarnya. Mahal atau tidak itu relatif,” kata Djoko usai rapat di Istana Presiden, Jumat (12/8). Perlakuan terhadap nazarudin terlihat khusus sejak kasusnya mencuat dan dalam pelarian. Kalau gayus tambunan dijemput dengan pesawat komersial dengan diapit petugas di kursi kanan kiri. Nazar mungkin dibiarkan duduk sendiri dengan komposisi tempat duduk pesawat yang seperti itu. Belum lagi Nazaruddin akan merasa aman di rutan Mako Brimob yang bisa jadi nazarudin akan mengulang lagi plesirannya seperti yang pernah di alami gayus. Kenapa harus rutan brimob yang aibnya sudah diketahui oleh umum. Apakah tidak mungkin nazarudin dititipkan di rutan militer. Ah, barangkali petinggi polisi indonesia banyak nonton film aksi polisi india. Ah, Lebih baik film tersebut di sensor aja ya, agar nanti lelucon hukum tidak terjadi lagi di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun