Mohon tunggu...
Mas Zen
Mas Zen Mohon Tunggu... lainnya -

Nama lengkap ahmad zainul ihsan arif biasa dipanggil maszen. Mencoba menceritakan kehidupan yang dilihat oleh mata dan batin. Menulis apa yang diyakini untuk disharing. website

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jembatan Suramadu Siap Dipakai Mudik Lebaran

31 Agustus 2010   16:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:33 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_245479" align="alignleft" width="300" caption="Sepeda motor antri di Jembatan Suramadu (Foto: maszen)"][/caption] Mitos Masyarakat Madura akan mencuri baut-baut yang menyangga Jembatan Suramadu tak terbukti. Jembatan Suramadu tetap kokoh berdiri. Masyarakat madura sudah mulai merasakan manfaat adanya jembatan suramadu. Orang madura yang memiliki kegemaran berdagang terlihat meramaikan lalu lintas jembatan suramadu dengan membawa barang dagangannya di kanan kiri sepedanya. orang madura berdagang dan mencari pekerjaan ke surabaya, dan ke luar pulai madura, membuat trafik lalulitas antara surabaya dan madura terutama ujung kamal sangat ramai. Bukan hanya pagi dan sore tapi sudah 24 jam kegiatan tidak pernah berhenti. Untuk mencapai pulau madura kini, dengan kendaraan bermotor hanya butuh 3000 perak, sedangkan untuk mobil hanya butuh 10.000. Hanya butuh waktu 10 menit untuk mencapai pulau madura bila kondisi trafik lancar. Jembatan Suramadu yang kurang lebih telah berumur setahun diharapkan bukan saja mendekatkan Surabaya-Madura pada pembangunan fisik dan ekonomi semata. Namun dapat mendekatkan penduduk Surabaya-Madura secara kultural. Masyarakat madura dapat berdagang sendiri di kotanya. Jembatan madura yang masih terliat rapi dan terawat dengan baik membuktikan bahwa masyarakat Madura telah siap menyambut jalinan kultural dengan masyarakat lain. orang-orang Madura, seperti mereka cenderung tidak patuh pada hukum dan aturan,  cenderung tidak bersih,  dan sebagainya lebih merupakan generalisasi salah arah. Sebelum hadir di acara kopdar kompasiana jatim, saya sempat mengamati lalu lintas kendaraan bermotor yang lalu lalang di Tol Suramadu ini. Intensitas orang madura yang membawa barang dagangan dari Surabaya ke Madura tergolong tinggi. Kegemaran orang madura berdagang dan mencari pekerjaan ke surabaya, dan ke luar pulai madura, membuat trafik lalulitas antara surabaya dan madura terutama ujung kamal sangat ramai. Bukan hanya pagi dan sore tapi sudah 24 jam kegiatan tidak pernah berhenti. [caption id="attachment_245487" align="alignright" width="300" caption="Bayar tol hanya 10.000 perak (foto: maszen)"][/caption] Orang madura sudah mulai menyadari Kota surabaya semakin penuh sesak, sementara madura masih terbuka lebar. Banyak orang Madura yang sudah  membuka usaha di kotanya sendiri di Bangkalan madura. Di kanan kiri jalan acces suramadu di Bangkalan sudah banyak kios yang kebanyakan menjual souvenir khas madura. Demikian pula di Kota bangkalan banyak tumbuh toko-toko. Kesadaran orang-orang madura, perlu ditindaklanjuti lebih inten baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan  masyarakat madura. Tanpa upaya untuk meningkatkan komunikasi yang berkualitas di antara kedua kelompok masyarakat, upaya untuk memajukan akan masih banyak mengalami hambatan. Orang-orang madura yang terkenal dengan inklusifitas tinggi bukan berarti tak bisa diajak dialog. Budaya Madura tidak selalu identik dengan celurit dan kekerasan. ada sisi kelembutan dan nilai budaya yang mengakar di sana. Keramahan orang madura terasa ketika saya mengunjungi kios makanan khas madura. Niatan untuk membeli tambahan camilan untuk bukber kompasiana jatim di rumah pak david. Ternyata yang ditemukan di sana adalah makanan mentah seperti rengginang, kerupuk dari bahan singkong. Hanya ada satu makanan siap makan yakni krupuk cacing laut. Saya berusaha bertanya, dan terjadilah dialog. Saya: “Mas ga ada makanan siap makan.” Penjual : “Ga, ada, hanya dikit ini krupuk cacing laut.” Saya ; spontan saya bilang hi hi hi melihat bentuk dan membayangkan tubuh cacing Penjual : ini halal kok, kan cacing yang hidupnya di laut Saya : Ga Mas, cari tempat lain aja Penjual : mendekat ke saya sambil merangkul pundak saya. “Mas, di sana tuh yang ada bakar-bakar dan ada asap, tuh makanan siap makan Saya : mengerutkan dahi Penjual : “Ya di sana tuh makanan yang siap makan.” Saya  : Berusaha melihat asap yang terlihat 500 meter dari lokasi dialog. “Ooo sate ya,” Penjual : Ya sate [caption id="attachment_245491" align="alignleft" width="300" caption="Hati-hati dengan angin kencang dari arah laut, saya pegangan tangan untuk menahan arus angin yang kuat. Dan jangan tiru saya berhenti karena akan menganggung lalu lintas jalan. (foto: maszen)"][/caption] Begitulah, cara orang madura berdialog dengan keramahannya tersendiri. [caption id="attachment_245495" align="alignnone" width="300" caption="suasana di bawah jembatan yang dimanfaatkan orang-orang madura untuk menambatkan perahu layarnya, sebagian mencari ikan di pantai ini. (foto; maszen)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun