Sejarah kembali berulang di pilpres 2014. Pilpres 2014 pertarungan yang penuh dendam, berhati-hatilah jangan sampai terprovokasi. . Pertarungan sebenarnya bukan pada jokowi-JK –Hatta Rajasa. Namun pertarungan antara kubu ABRI Merah Putih (yang diwakili Wiranto) dan Kubu ABRI Hijau (yang diwakili Prabowo). Di era ngetrendnya strategi politik catch all (merangkul semua kalangan) pertarungan tersebut diartikulasikan secara berbeda. Prabowo-Hatta merubah nama hijau menjadi koalisi merah putih, sedangkan jokowi-jk membawa nama koalisi rakyat/gotong-royong. Kedua nama koalsi tersebut sama-sama mengusung tema nasionalis ketika partai-partai islam makin tak diminati pemilih. Bila ditelusur lebih jauh tema nasionalis tersebut jauh panggang dari api. Motif keduanya sejak pertarungan ABRI merah putih versus ABRI Hijau adalah Mereka sama-sama ingin mempertahankan dan melindungi Soeharto terutama melindungi kepentingan ekonomi-politik militer. Meski mereka telah kehilangan patronnya yakni Soeharto, namun bisnis pengusaha kroni-kroni orba makin moncer dan terkonsolidasi akibat bantuan-bantuan internasional.
Pertarungan ini bisa juga disebut pertarungan memperebutkan hati internasional-neolib bahwa kelompok mereka yang paling legitimate menjadi pewaris bisnis Orba. Masih ingatkah? Peristiwa G30S dan Gestok yang memakan ribuan jiwa adalah peran neolib internasional untuk menancapkan kukunya di Indonesia. Mereka tidak boleh masuk oleh Soekarno, lalu melobi para perwira tinggi agar bisa melancarkan gerakannya untuk menggulingkan rezim soekarno yang anti dari segala bentuk penjajahan. 32 tahun lamanya soeharto memuluskan jalan neolib terus mengembangkan bisnis untuk mencengkram indonesia atas nama Bapak Pembangunan. Kroni-kroni orba banyak yang menikmati konsensi-konsensi politik atas kebijakan orba hingga sekarang. Sampai akhirnya, Soeharto pun dengan tersenyum kecut harus tunduk kepada michael kamdesu (IMF) pada tahun 1998. Atas nama bail out (pendampingan hutang) indonesia harus menyepakati konsensus washington, indonesia harus tunduk dengan pasar. Sayang, pasar yang menyetir indonesia tidak terbentuk dengan sempurna karena mental-mental makelar dan korup orba, pasar gagal membawa indonesia menjadi macan asia malah menjadi kucing asia. Meong…. Meong rakyat dan pejabatnya terus mengeong bak kucing yg tak tahan lapar.
Pertarungan pilpres 2014, khas dengan bau politik pencitraan SBY warisan pilpres 2004 yang memuluskan SBY menjadi presiden. Efek jokowi, efek gerindra semuanya belum terbukti hanya sekedar efek pencitraan. Tak heran bila kampanye-kampanye pilpres 2014 bukan visi misi yang menonjol. Semua pendukung tergerak untuk beradu citra. Tak ada yang mau citra capresnya direndahkan. Saling caci, saling hujat mengarah ke sara. Gambar,foto-foto hasil sotoshop banyak yang halus gaya editannya seperti tersentuh tangan profesional. Seolah ada yang sengaja menghasut. Follower tak sadar ikut menyebarkan dan tak sadar dampaknya. Hasil berbagai survey menyebut media sosial berpengaruh 5% dan televisi berpengaruh 80% kepada pemilih pilpres. Media sosial kini menjadi rujukan media maintrream termasuk TV (lihat survey http://oranye.co.id) Jadi berhentilah menghasut, mencela dan membenci , jikalau memang fan berat dukunglah capremu di kehidupan nyata. Ingat pesan KH Mustofa Bisri media sosial, Rois AM PBNU Pertama yang punya akun twitter dan hingga kini netral NU untuk NKRI, “Kiranya tidak perlu lagi kuingatkan bahwa betapa pun hebatnya capres-cawapres yang kalian dukung dan betapa pun kuatnya keinginan kalian 2/ agar keduanya benar-benar menjadi presiden-wakil presiden kita, pada akhirnya yang menentukan adalah Allah. (Q. 3: 26). Dan Allah Maha 3/ Maha Menghendaki. (Q. 2: 253; 11: 105; 85: 16). Bila berkehendak tidak menunggu pertimbangan dan persetujuan kita. 4/ Ini aku statuskan untuk kepentingan kita terutama di kemudian hari; bagi yang paham. Selamat beribadah di Ramadan. Aku menyintai kalian.”
Pertarungan ABRI kubu Merah Putih versus Hijau kian sengit kembali di ajang pilpres 2014. Mari kita jaga agar Garuda kita tidak berlumur darah, telah banyak darah yang tumpah di tanah air kita. Selamat menentukan pilihan, hargai kedua pasangan capres kita yang telah berproses kandidasi yang cukup ketat. Telah bernegosiasi hingga bakal capres seperti Wiranto, Abu Rizal Bakrie mau mundur teratur ke barisan kedua capres. Selamat menunaikan Ibadah Puasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H