Mohon tunggu...
Ahmad Zainudin
Ahmad Zainudin Mohon Tunggu... -

Suka agama,filsafat, juga seni.\r\nDari Temanggung mukim di suatu Hutan masih wilayah Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kursi Merah Marun di Kamarku

3 Desember 2011   18:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:52 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu terasa indah. kicauan burung  seolah menyambut kehidupan, kutoleh sedikit kearah jendela dengan mata sayup tampak kursi merah marun yang melengkapi ruangan kamar ku, dengan posisi tak seperti biasanya, bisa jadi tersenggol kaki semalam saat tidur ku tak lelap. Menembus kaca tampak dari ufuk timur dengan malu cahaya surya menyapa.  pagi itu boleh dibilang salah satu pagi indah ku.

Teringat pagi indah itu, malam ini juga aku terangan untuk menulis tentang dia, ya dia si kursi merah marun. Kursi yang dulu ku datangkan dari toko mebel yang berdiam di sebelah barat jokteng (pojok benteng Keraton Yogyakarta).

Kursi merah marun ku, Setiap hari kau ada untuk ku. Disaat  majikan mu tediam merenungi hidupnya, kau selalu ada. juga disaat aku bewacana dengan meng-olak- alik lembaran kertas dalam bermacam- macam judul, kau tak pernah beralasan menolak untuk tidak melakukanya.Tak kenal waktu kau layani aku. Tak hanya disaat semangat ku luar biasai, tapi disaat aku tak sanggup lagi untuk tak pejamkan mata dan tertidur lelap karena telah letih seharian kuliah kau tetap juga tak bicara, toh itu sudah takdir mu.

Kau bagian dari hidup ku, kau mampu memberi inspirasi, menjadikan motivasi untuk ku bisa ciptakan keajaiban, entah sampai kapan.  Aku tak kan penah lupa akan keberadaan mu yang selalu mengisi hari-hari ku. Dengan ditemani lantunan beberapa lagu lewat radio malam ini Rabu malam 30 Maret 2011 ku berusaha tuk mengabadikan jasa mu.

Kursi merah marun, Tak pantas ku sebut kau hanya seonggok kursi merah yang  berarti hanya sebuah benda biasa, tapi sahabat  yang selalu menemani aku, aku sang pencari jatidiri.

Kurasa kali ini tak cukup waktu tuk banyak kutulis tentang mu untuk ku ceritakan pada teman-teman ku, tapi lain kali aku janji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun