Mohon tunggu...
Ahmad Zaini
Ahmad Zaini Mohon Tunggu... -

Di darahnya ada bola.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Bedanya Dahlan Iskan dan Kita Soal Mobil Listrik

5 Juni 2013   10:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:30 1667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13704022531688704698

Disaat kita memikirkan kecemasan: Mobilnya nyetrum nggak? Kalo banjir mati nggak? Dahlan Iskan sudah memikirkan apa yang akan terjadi kalo cadangan minyak kita habis? Padahal menurut beberapa ahli, cadangan minyak kita akan habis 11 tahun lagi! Berapa banyak minyak yang harus kita impor? Berapa banyak subsidi yang harus ditanggung negara akibat konsumsi BBM yang terus menggila. Dengan mobil listrik, Dahlan mungkin sudah membayangkan betapa banyak manfaat yang bisa dilakukan kalau negara sudah tak perlu mensubsidi BBM. 300 triliun per tahun subsidi itu bisa dialihkan untuk membangun jembatan Selat Sunda, tahun depannya lagi bikin jembatan Selat Bali. Tahun depannya lagi bisa membangun jaringan kereta api di Sumatera dan Kalimantan.

Disaat kita memikirkan wong gak ada mobil listrik aja listrik udah byar pet, gimana nanti kalo ada mobil listrik, Dahlan bekas dirut PLN itu mengungkapkan fakta menarik. Mobil litrik itu dirancang untuk di charge pada malam hari memanfaatkan listrik yang biasanya terbuang percuma. Terbuang? Iya, karena ternyata pembangkit listrik itu siang malam menghasilkan listrik dengan watt yang sama! Selama ini listrik dini hari (setelah jam 9 malam sampai subuh) itu banyak yang mubazir ditinggal tidur. Ini yang akan dimanfaatkan untuk menchage mobil listrik. PLN menurut Dahlan nantinya akan mengenakan tarif khusus yang murah untuk listrik dini hari ini.

Disaat kita memikirkan mana bisa sih kita bikin mobil dan bersaing dengan Jepang, Dahlan memakai logika lain. Untuk mobil bensin kita sudah tertinggal puluhan tahun, percuma kita membuat mobil bensin. Tapi untuk mobil listrik, negara lain juga baru mulai serius melakukan riset. Dan belum ada mobil listrik yang benar-benar sukses. Kita punya peluang lebih besar untuk bersaing dan memenangkan perlombaan maraton ini.

Disaat kita pesimis dengan keahlian putra-putra bangsa memproduksi mobil listrik, Dahlan sudah berhasil membujuk Ricky Elson. Putra Padang pemilik puluhan paten motor listrik di Jepang. Ricky dengan karir mapan di Jepang, bersedia kembali setelah mendapatkan jaminan dukungan penuh dari Dahlan. Gaji menteri BUMN-pun diserahkan semua untuk menggaji Ricky, meskipun nilainya belum bisa menyamai gaji Ricky di Jepang. Selain Ricky masih ada beberapa tenaga ahli lain dalam tim Putra Petir yang bekarja keras mewujudkan mimpi dan harga diri bangsa.

Disaat banyak yang sinis dengan mengatakan: Tucuxi saja ancur, apa gak kapok? Dahlan justru memberi nasehat: Jadi pemimpin itu harus kuat dan jangan cengeng. Kalau cengeng kasihan rakyatnya. Kita bisa membayangkan bagaimana malunya Dahlan saat mobil Ahmadi mogok di jalan karena kehabisan baterai. Betapa malu dan hancurnya Dahlan saat Tucuxi menabrak tebing. Tapi itu tidak membuatnya menyerah. Mobil listrik generasi kedua siap dipakai saat APEC nanti. Dahlan mungkin berpikir, malu yang itu masih bisa ditanggungnya sendiri. Ada malu lain yang lebih besar dan harus dihapuskan. Malu sebagai bangsa yang besar, dengan kue pasar otomotif yang masuk 3 besar dunia tapi tidak kebagian semolekul-pun kue itu. Malah negara-negara lain yang berpesta pora menghabiskan kue itu. Kita cuma jadi penonton. Bengong. Padahal kita yang mendanai pesta itu.

Disaat kita menyalahkan: Ah, ada mobil listrik bikin macet aja! Kita lupa bahwa ada atau tidak ada mobil listrik, jalanan tetap macet. 7.141.586 motor terjual di Indonesia tahun lalu. 1.450 mobil terjual setiap hari! Sialnya duitnya mengalir ke negara lain. Sialnya udara polusinya kita yang menghirup. Dahlan berpikir jauh ke depan. Polusi ini harus dihentikan. Kesehatan anak cucu harus dijaga dari sekarang. Jalan satu-satunya adalah mobil listrik yang tanpa polusi.

Disaat kita terlena enaknya menjadi konsumen mobil, Dahlan gemas memikirkan harga diri bangsa. Apa mau 30 tahun lagi kita tetap menjadi negara konsumen persis seperti yang terjadi sekarang? Apa kita mau terjatuh ke lubang yang sama 2 kali?

Disaat kita memikirkan entar kalo baterainya habis mau dicharge dimana? Dahlan sudah memerintahkan Pertamina dan PLN untuk membuat prototipe Stasiun Pengisian Bahan Bakar Listrik (SPBL). PT Pertamina berencana menambah stasiun pengisian mobil listrik (electric vehicle charging station) di beberapa SPBU. Sedangkan PLN membangun SPBU Listrik. Kita juga lupa bahwa mobil-mobil listrik ini bisa dicharge di mana saja.

Disaat kita memikirkan: Ah, paling komponennya impor? Dahlan sudah mendorong Nipress, sebuah pabrik baterai di Bekasi untuk memproduksi baterai litium khusus mobil dan motor listrik. Pertengahan tahun ini sudah akan diproduksi massal. Dahlan juga pada beberapa kesempatan menantang ilmuwan dan mahasiswa untuk menemukan baterai jenis baru yang cocok untuk mobil listrik.

Disaat kita memikirkan kecemasan dan hambatan, Dahlan bekerja dengan tim putra petir dan BUMN-BUMN terkait memproduksi harapan dan menemukan solusi. Disaat kita pesimis, mereka optimis.

Pesimisme itu menyebar begitu cepat, padahal pesimisme itu setengah kegagalan. Sedangkan optimisme itu setengah keberhasilan. Karena itu pesismisme harus di lawan dengan optimisme. Sebab kalau pesimisme menang, maka kegagalan kita sebagai bangsa akan ada di depan mata. Begitu pesan Dahlan berulang-ulang pada berbagai forum. Dahlan sedang berusaha keras menyebar virus optimisme di antara rakyat seperti kita yang dikuasai pesimisme dan apatisme. Kita perlu lebih banyak lagi pemimpin seperti Dahlan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun