Mohon tunggu...
Ahmad Zaenuri
Ahmad Zaenuri Mohon Tunggu... -

Guru Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Melihat Keindahan Kota Ternate

17 November 2014   18:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:36 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada prasangka kurang baik kebanyakan orang ketika berbicara tentang orang timur (timur yang dimaksud di sini adalah daerah bagian timur Indonesia). Orang timur selalu diidentikkan dengan kekerasan, termarginalisasi, ketinggalan zaman dan lainnya, yang pada intinya mereka selalu dikaitkan dengan tertinggal dalam berbagai bidang. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, namun yang patut diketahui bahwa dibalik kekurangan itu daerah timur Indonesia pada umumnya menyimpan keunikan lokalitas, baik dilihat dari sisi kultur, sosial, budaya, bahkan sumber daya alamnya.

Adalah kota Ternate salah satu daerah timur Indonesia yang akan menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini. Ternate merupakan salah satu ibu kota provinsi di Maluku Utara. Kotanya cukup begitu indah karena terletak langsung di bibir pantai dengan dihiasi gunung Gamalama yang tinggi. Kondisi sosial masyarakatnya juga cukup heterogen. Selain dihuni oleh masyarakat asli, Ternate juga dihuni oleh pendatang seperti suku Jawa, Manado, Ambon dan Halmahera.

Kondisi sosial seperti dijelaskan di atas menunjukkan bahwa Ternate sangat open (terbuka) bagi siapapun yang ingin menggantungkan hidupnya di daerah ini. Berbeda misalnya dengan daerah lain yang agak tertutup bagi masyarakat pendatang. Sikap keterbukaan terhadap perbedaan seperti itulah yang mestinya ada dalam setiap lokalitas sehingga dimanapun dan kapanpun tidak akan terbuka sekat-sekat yang menyebabkan disintegrasi bangsa.

Terdapat beberapa obyek wisata yang patutnya tidak dilewatkan ketika mengunjungi Ternate. Di antara obyek-obyek wisata tersebut antara lain.

1.Benteng Toloko


Benteng Toloko merupakan sebuah benteng peninggalan Portugis yang dibangun pada tahun 1512 oleh Gubenur Jendral Fransisco Serral dan di restorasi oleh Gubenur Jendral Belanda Jan Pieter Both pada tahun 1610. Terletak di Kelurahan Sangaji Kecamatan Kota Ternate Utara. Melalui benteng tersebut kita dapat melihat lautan Ternate yang begitu luas dengan kapal-kapal Speed Boad yang lalu-lalang atasnya. Semburan angin laut juga terasa kencang dari atas benteng tulokko. Kondisi demikian dapat mengingatkan kita betapa para pejuang bangsa dengan gigihnya mempertahankan NKRI walaupun harus membangun benteng sebesar dan setinggi ini.

2. Masjid Al-Munawar Ternate

Masjid al-Munawwar Ternate merupakan masjid yang dibangun pertengahan tahun 2003 dengan dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) hampir senilai 48 miliar rupiah. Mulai dipakai pertama kali tanggal 6 Agustus 2010 dengan Sholat jum’at berjamaah sekaligus takbir akbar menyambut bulan suci ramadhan 1431H.

Posisi masjid ini cukup strategis, yaitu di bibir pantai. Dari selasar masjid kita dapat memandang lautan biru yang luas dengan dihiasi pulau-pulau yang indah. Tidak cukup sampai disitu, masjid terbesar di kota Ternate ini juga dihiasi dengan ornamen-ornamen kaligrafi yang menari. Bagi para pengunjung yang merasa kelelahan diluar masjid disediakan tempat duduk santai dengan penjual-penjual asongan di sekelilingnya. Tidak jauh dari masjid ini kita juga dapat menikmati pusat kota kesultanan terbesar di timur Indonesia ini.

3. Pusat Kota Ternate (Care Free Day)

Ada nuansa yang berbeda ketika mengikuti care free day di Ternate dengan daerah lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada antusiasme masyarakat dalam mengikuti kegiatan dimaksud. Setiap hari minggu pagi, jalanan kota Ternate telah sibuk dengan aktivitas olahraga masyakarat setempat, baik yang tua, muda ataupun anak-anak. Penulis tidak begitu faham mengapa mereka begitu antusias mengikuti kegiatan seperti itu. Yang pasti bagi daerah “terluar” Indonesia hiburan adalah sesuatu kebutuhan buat mereka, mungkin disebabkan minimnya acara-acara seremonial seperti dimaksud.

Demikianlah setidaknya gambaran kota Ternate selama satu pekan penuh penulis dikota tersebut. Minimnya informasi adalah keterbatasan penulis sebagai outsider yang hanya sekedar melepas lelah di bumi belahan timur indonesia.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun