Setiap bentuk masih relative, akan memiliki dasar filosofis dalam perspektif untuk pemaknaan dan praktiknya. Politik, sangat banyak bahkan akan tak terhitung jika kita mengartikan bahwa politik itu perspektif, maka saat ini filsuf dan pemikir politik merumuskan dalam beragam macam definisinya yang menjadikan politik semakin dinamis dalam praktik dan tujuannya.Â
Beberapa filsuf dan pemikir politik, seperti Max Weber misalnya, yang merumuskan politik sebagai metode untuk menguasai dan mengontrol orang lain dengan bentuk semacam keterampilan koersif yang tujuannya untuk merealisasikan apa yang menjadi kemauan sang penguasa atau pengontrol.
Di definisi yang lain, Carl Schmitt mengidentikkan politik dengan konflik, pertikaian dan krisis. Ulasnya, politik dipandang sebagai distingsi kawan dan lawan yang melahirkan kondisi harmonis, ketika tanpa konflik dan pertikaian adalah situasi yang mengindikasikan bahwa tiada namanya politik.Â
Dari pengertian yang sangat dasar, Filsafat merupakan sebuah kajian masalah mendasar dan umum tentang persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa dilansir dari Wikipedia. Sedangkan bagaimana bagaimana dengan filsafat politik?.
Menurut filsuf terdahulu, yaitu Plato; Filsafat politik adalah usaha yang dilakukan untuk mendapatkan kebagiaan atau kesenangan sejati. Dalam konteks politik kebahagiaan sejati dapat terwujud manakala manusia tidak mengedepankan kebahagiaan indrawi, jika manusia ingin mendapatkan kebahagiaan politik maka manusia itu harus mengedepankan kebahagiaan dunia ide.Â
Oleh karena itu, plato meyakini bahwa terciptanya idealitas suatu Negara dapat dilihat dari semua warganya yang merasakan kebahagiaan karena Negara tersebut memiliki seorang pemimpin yang memiliki kebijaksanaan tinggi.Â
Dalam ajaran plato tentang dua dunia. Kebahagiaan hidup manusia harus dilihat dari dua dunia tersebut, yang mana menurut pemikiran plato bahwa dunia yang sesungguhnya adalah dunia ide, karena semua ide dengan ide yang baik ialah sebagai ide tertinggi yang ada di dunia dan dunia ide adalah realitas yang sebenarnya, Sedangkan segala sesuatu yang ada di dunia inderawi hanyalah merupakan realitas bayangan.
Teori plato dalam filsafat, bahwa untuk mewujudkan kebijakan harus bertumpukan pada fungsi peran yang ada di dalam masyarakat dan pemimpin dalam suatu Negara yang memiliki akal sebagai panglima, sedangkan untuk mewujudkan keadilah dalam suatu Negara, ketiga fungsi bagian tubuh yaitu: kepala, pemimpin yang ideal itu terletak pada orang yang bijak kepala (akal) sebagai panglimanya.Â
Dada, orang yang mengandalkan semangat akan cocok menjadi tentara atau prajurit. Perut, orang yang mengutamakan perut akan cocok menjadi pedagang. Ketika ketiga fungsi itu tidak saling intervensi, maka akan mewujudkan Negara yang adil.
Sedangkan menurut seorang peneliti filsafat politik, yaitu Reza A. A. Watimena , ia berpendapat bahwa filsafat politik adalah cabang dari filsafat yang hendak memahami hakekat dari kehidupan politik manusia, dan memberikan arahan tentang cara menciptakan politik yang mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi semua.Â
Filsafat politik hendak menemukan ide dan prinsip yang memungkinkan adanya masyarakat, atau komunitas, dalam segala bentuknya. Ya, politik atau bentuk dasarnya berupa filsafat politik harus mendorong warga untuk mengekspresikan dirinya secara aktif, kreatif tanpa tekanan dengan lebih mengedepankan bagaimana ide dalam perwujudan keadilan dan kemakmuran.Â