Mohon tunggu...
Ahmad Yani Abd Gani
Ahmad Yani Abd Gani Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana (S2)

Halo, perkenalkan saya Ahmad Yani Abd Gani, seorang anak laki-laki terakhir dalan keluarga dari 4 saudara. saya orang yang suka bersosialisasi dengan orang lain, punya semangat mengembangkan diri melalu oragnisasi dan akademik. kebiasaan saya mengajar dan mengajar, memulai aktifitas akademik sejak 2017 membuat saya suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KOMODIFIKASI PENDIDIKAN INDONESIA : Industri Pendidikan Melalui Sekolah Swasta Formal

23 November 2024   05:29 Diperbarui: 23 November 2024   06:45 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  • Melalui perkembangannya, pendidikan di Indonesia telah melalui banyak perubahan dan nilai. Sebagai negara yang berasaskan demokrasi dan menyususun semangat Pembangunan, sudah tentu pendidikan dianggap sebagai pabrik percetakan yang menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dalam menyukseskan seluruh cita-cita bangsa. Memberikan pengaruh terhadap berbagai macam bidang teknologi, manajemen dan serta Pembangunan. Nilai pendidikan yang diabadikan melalui setiap kurikulum pengajaran telah membawa Indonesia pada sebuah peradaban. Untuk bisa mengatakan peradaban yang dimaksud adalah kemajuan, kesejahteraan atau bahkan kemunduran maka kita harus merefleksi kembali. Sistem pemerintahan yang mengatur kebebasan setiap pemimpin atau presiden berhak mengatur negara secara prerogatif, ini membuat susunan konsep berpendidikan di Indonesia tidak pernah mempunyai satu warna. Bahkan dalam proses regulasinya, Indonesia selalu dihadapkan dengan gengsi internasional yang itu diberatkan kepada konsep belajar dan mengajar. Belum selesai pada transformasi perkembangan, kini dunia pendidikan Indonesia harus memasuki realitas baru yang disebut industri pendidikan.

  • Perubahan nilai jasa menjadi nilai tukar yang dalam teorinya disebut sebagai komodifikasi telah menggeser pendidikan Indonesia yang awalnya sebagai semangat mencerdaskan kehidupan bangsa, sekarang semangat yang dimaksud harus diikuti dengan kekuatan finansial yang kuat. Chris Barker dalam bukunya “Teori dan Praktik” mengatakan komodifikasi merupakan konsep yang luas yang tidak hanya menyangkut masalah produksi, komoditas dalam pengertian perekonomian yang sempit tentang barang-barang yang diperjualbelikan saja,  tetapi juga menyangkut tentang bagaimana barang-barang tersebut di distribusikan dan dikonsumsi. Pendidikan harusnya menjadi kebutuhan yang dipastikan terpenuhi baik secara akses dan fasilitas bagi seluruh anak bangsa. Tapi pada kenyataannya industri telah membentuk jaringan pendidikan dalam 2 variabel besar pendidikan sekolah formal di Indonesia yang disebut sekolah negeri dan sekolah swasta. Pada pengelolaannya, sekolah swasta tidak hanya berfungsi sebagai fasilitator pendidikan, tetapi membawa sekolah  sebagai jasa yang punya bayaran tinggi. Swasta melalui yayasan berhak mengatur dan menentukan semua pembiayaan di sekolah secara mandiri tanpa ada intervensi pemerintah. Sedangan sekolah negeri sesuai aturan Kemendikbud nomor 60 tahun 2011 dilarang melakukan pungutan biaya pada jenjang sekolah SD dan SMP.  Sekolah negeri mempunyai batasan dan aturan yang ketat baik dari pemerintah pusat maupun daerah soal manajemen keuangan sekolah dan SPP siswa.

  • Pendidikan di Indonesia tidak hanya diselenggarakan oleh pemerintah, namun juga masyarakat (swasta). Data tahun 2023 menunjukan peran swasta mulai tampak di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jumlah siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di sekolah swasta mencapai 30%, sedangkan di sekolah negeri hanya 12%. Perbedaan yang ditunjukan oleh sekolah swasta melalui beberapa kategori unggul membuat sekolah negeri mulai tidak diminati. Fasilitas, kurikulum, lingkungan, angka siswa, seragam hingga status kepemilikan di sekolah swasta membuat kepercayaan orang tua untuk menitipkan anaknya tinggi. Jaminan keamanan dan kenyamanan terhadap berbagai isu kekerasan, pembullyan dan bentuk penyimpangan lainya adalah tawaran lain yang sering dijadikan sekolah swasta ketika menawarkan jasa.

Menurut Louis E. Boone bahwa bisnis terdiri dari seluruh aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian, beberapa bisnis memproduksi barang berwujud sedangkan yang lain memberikan jasa. Pembuatan kurikulum dengan mengedepankan sikap, adap dan nilai-nilai agama yang kuat membuat sekolah swasta adalah model pilihan sekolah menarik abad ini. Banyak konglomerat dan donatur menggeluti bisnis pendidikan sekolah swasta. Bisnis yang dimaksud adalah tawaran jasa, fasilitas dan program. Kebebasan pengelolaan yang dimiliki oleh sekolah swasta membuat harga masuk sekolah sangat tinggi, harga masuk sekolah formal swasta juga mengikuti tren inflasi Indonesia sehingga kenaikan biaya terus terjadi setiap tahun. Persaingan bisnis sering terjadi antara setiap sekolah swasta, pebandingan demi perbandingan adalah evaluasi yang sering terjadi disetiap rapat tahunan sekolah. Penurunan angka siswa yang mendaftar akan dinilai sebagai kurangnya daya tarik sekolah dan kinerja guru. Melalui sales marketing, sekolah swasta terus melakukan penawaran agar memenuhi kuota sekolah.



  • Melalui perputaran uang yang dihasilkan dari siswa yang mendaftar, sekolah swasta mampu mandiri dalam pembangunan sekolah dan penggajian guru. Bisnis pendidikan sekolah swasta bukan hanya mendatangan keuntungan bagi stakeholder guru dan kepala sekolah saja, tapi juga keuntungan untuk pemilik yayasan atau lembaga pendidikan yang menaungi sekolah tersebut.

  • Kualitas produk siswa yang dihasilkan adalah tantangan sekolah swasta, membentuk sumber daya yang telah memberikan anggaran besar harus jadi tanggungjawab sekolah terhadap nilai yang didapatkan siswa. Tentunya setiap sekolah mempunyai keunggulannya masing-masing, termasuk swasta. Keunggulan dari kualitas guru, ada yang keunggulannya dari manajemen dan fasilitas hingga harga murah. Daya tawar terhadap keunggulan membuat sekolah swasta sering tidak melakukan pembaharuan hasil siswa yang dicetak mereka.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun