Mohon tunggu...
Ahmad Yani
Ahmad Yani Mohon Tunggu... Dosen - Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati dan praktisi pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS)

5 September 2023   22:00 Diperbarui: 6 September 2023   08:31 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa tulisan menjelaskan bahwa kata kognitif (cognitive) pada Taxonomi Bloom dimaknai sama dengan kata knowing yang artinya mengetahui. Penulis kurang setuju dengan pemahaman tersebut. Menurut penulis, istilah kognitif lebih reevan jika dimaknai sebagai keterampilan berpikir atau hasil capaian belajar bukan diartikan “mengetahui”. Kalau diperhatikan karya Anderson dan Krathwohl yang berjudul A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives, yaitu susunan keterampilan kognitif  peserta didik ada enam yaitu Remember (C-1), Understand (C-2), Apply (C-3), Analyze (C-4), Evaluate (C-5), dan Create (C-6). Dari  enam istilah tersebit lebih mudah difahami sebagai keterapilan berpikir yaitu terampil berpikir Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisa, Evaluasi, dan Mencipta.

Dari enam tingkatan tersebut, para ahli mengelompokkan menjadi dua (atau ada juga yang membagi tiga) kelompok yaitu LOTS (Low Order Thinking Skills) dan HOTS. Adapun HOTS didefinisikan sebagai keteramilan berpikir di mana peserta didk dapat menggunakan informasi baru dan menghubungkannya dengan informasi “lama” yang tersimpan dalam memori kemudian disusun ulang dan atau memperluas informasi tersebut untuk mencapai suatu kontruksi baru atau menemukan kemungkinan jawaban dalam situasi yang sedag dihadapi (Lewis & Smith, 1993, hal. 136). Pengertian tersebut “kelihatannya” terinspirasi dari teori belajar kognitif Piaget yang mengajukan teori tentang schemata, asimilasi, akomodasi, dan equiliubrium. Kelompok proses kognitif LOTS adalah Remember (C-1), Understand (C-2), Apply (C-3) sedangkan tingkat yang HOTS adalah Analyze (C-4), Evaluate (C-5), dan Create (C-6).

Keterampilan berpikir yang telah “dialami” oleh peserta didik tentu saja merupakan pengalaman belajar (Learning Experience). Sama seperti anak diajak karyawisata, mereka telah memperoleh pengalaman berselancar atau berpikir. Karena itu, menurut penulis ranah kognitif merupakan pengalaman belajar. Coba kita terapkan dalam kalimat berikut:

  • Pengalaman belajar mengingat sesuatu
  • Pengalaman belajar dalam memahami sesuatu
  • Pengalaman belajar Menerapkan teori
  • Pengalaman belajar Menganalisa kasus
  • Pengalaman belajar Evaluasi gejala el-nino
  • Pengalaman belajar Mencipta gagasan

Rasa-rasanya frase tersebut sangat relevan. Mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan suatu “gagasan” adalah pengalaman belajar bukan "mengetahui".

Jika sepakat dengan asusmi di atas, maka pembelajaran di kelas tidak cukup dengan metode ceramah. Pengalaman berpikir pada enam ranah kognitif tersebut tidak cukup dengan metode yang biasa kita lakukan, tetapi harus dengan metode pembelajaran yang memberi peluang bagi anak untuk merasakan bagaimana "caranya" berpikir. Sebagai contoh, untuk memberi pengalaman belajar Mengingat (C-1), metode yang paling relevan adalah metode tanya-jawab. Guru mengajukan pertanyaan dan peserta didik didorong untuk mengingat-ingat materi yang telah dipelajari.  Pembelajaran yang cocok untuk melatih keterampilan berpikir Memahami (C2), barangkali cocok diskusi dan atau role playing. Metode pembelajaran yang cocok untuk melatih keterampilan berpikir Menerapkan (C3), adalah diskusi, praktikum, latihan soal-soal matermatika, fisika, dan lain-lain.

Pertanyaan berikutnya, metode pembelajaran apa yang relevan untuk melatih berpikir HOTS? Cox (2019), mengusulkan sepuluh strategi pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu (1) Help Determine What Higher-Order Thinking Is, (2) Connect Concepts, (3) Teach Students to Infer, (4) Encourage Questioning, (5) Use Graphic Organizers, (6) Teach Problem-Solving Strategies, (7) Encourage Creative Thinking, (8) Use Mind Movies, (9) Teach Students to Elaborate Their Answers, and (10) Teach QARs. Diterjemahkan secara bebas, sintak yang diusulkan Cox, langlah pertama adalah menjelaskan tentang pengertian berpikir tingkat tinggi (HOTS), tujuannya agar peserta didik menyadari bahwa mereka akan belajar dengan metode yang berorientasi HOTS. Langkah berikutnya adalah melatih menghubungkan antar konsep, belajar menyimpulkan suatu konteks atau pernyataan, mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan kritis, membaca grafik, tabel, atau gambar. Pada waktu yang lain juga dapat menerapkan metode kasus dan pemecahan masalah, mendorong berpikir kreatif, membuat peta pikiran (mindmap), ajarkan pula menguraikan suatu jawabannya (analisis), dan ajarkan QAR (Question–Answer Relationship) yaitu metode tanya jawab untuk meningkatkan pemahaman pada suatu materi pelajaran.

Penulis mengusulkan tujuh metode yang berpotensi untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi salah satunya merode tanya-jawab dan koneksi konsep atau connection concept (Yani, 2019): (1) Metode tanya-jawab. Dalam metode Tanya jawab, ada empat jenis pertanyaan yang harus diterapkan yaitu (1) pertanyaan jenis inferensial yaitu menuntut peserta didik untuk mengungkapkan pendapatnya dari apa yang difahaminya setelah melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang ditunjukkan oleh guru; (2) pertanyaan interpretasi yaitu pertanyaan yang dapat dijawab dengan cara memberi makna, menelusuri faktor penyebab, memprediksi dampak atau konswensi dari suatu gejala atau peristiwa tertentu; (3) Pertanyaan transfer yaitu pertanyaan yang menuntut perluasan jawaban, meminta contoh dan ilustrasi, dan mengaplikasikan pengetahuan peserta didik diterapkan pada kasus yang lain. (4) Pertanyaan hipotetik yaitu pertanyaan yang diarahkan untuk mendorong peserta didik melakukan prediksi terhadap sesuatu permasalahan atau kasus yang terjadi. Metode kedua adalah koneksi konsep (connection concept). Prinsip metode koneksi konsep adalah metode inquery yaitu mengajukan pertanyaan. Namun pertanyaan inqury berbeda dengan tanya jawab biasa. Metode inquire adalah melatih anak untuk berpikir menciptakan gagasan dari dua konsep yang dihubungkan. Misalnya:

  • Semakin naik ke puncak gunung, temperature udara semakin turun. Mengapa?
  • Pada saat musim kemarau, angka urbanisasi musiman meningkat. Mengapa?
  • Inflasi secara langsung maupun tidak langsung memicu konflik sosial. Mengaapa?

Pertanyaan di atas tersusun atas dua konsep yang dipadukan yaitu tempat tinggi dan temperature, kemarau dan urbanisasi, inflasi dan konflik sosial. Dalam proses pembelajaran, peserta didik diminta untuk menganalisis (C4) hubungan antara dua konsep tersebut.

Referensi:

Anderson, L.W., & Krathwohl, D. R. (Ed.). (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives (Abridged ed.). New York: Longman.

Cox. 2019. Teaching Strategies that Enhance Higher-Order Thinking. TeachHUB.com. Avaliable from: https://www.teachhub.com/teaching-strategies/2019/10/teaching-strategies-that-enhance-higher-order-thinking/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun