Mohon tunggu...
Ahmad Wildan Labib Mahardika
Ahmad Wildan Labib Mahardika Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kerja keras Kerja cerdas Kerja ikhlas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mahasiswa "Kupu-kupu atau Kura-kura"

6 Desember 2020   07:19 Diperbarui: 6 Desember 2020   20:59 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sekarang ini sedang ramai dengan istilah Mahasiswa kupu-kupu dan mahasiswa kura-kura yang kerap terdengar di kampus. Tetapi seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa dua istilah tersebut bukanlah makna sebenarnya yaitu hewan kupu-kupu dan kura-kura. Melainkan istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan tipe mahasiswa dalam menjalani aktivitasnya di dalam kampus.

Sebutan Mahasiswa kupu-kupu diberikan kepada mereka yang aktivitas dikampusnya hanya kuliah pulang-kuliah pulang (kupu-kupu) saja. Sedangkan kura-kura adalah diberikan untuk mahasiswa yang aktivitasnya sibuk dalam berorganisasi atau penuh kegiatan di kampus yang diistilahkan dengan kuliah rapat-kuliah rapat (kura-kura).

Selanjutnya, sebagain mahasiswa baru dalam menyikapi hal tersebut pastinya akan menimbulkan pertanyaan yang terkait dengan mahasiswa kupu-kupu dan kura-kura ini. Seperti, apakah mahasiswa harus aktif di kampus, mengikuti organisasi di kampus, kemudian dampak apa saja yang terjadi apabila mahasiswa tidak aktif di organisasi dan hanya kuliah pulang-kuliah pulang saja, kemudian juga bagaimana keuntungan jika mahasiswa dapat berproses dalam mengikuti organisasi di kampus. Pertanyaan-pertanyaan tersebut lazim diajukan oleh mahasiswa khususnya mahasiswa baru yang dituntut untuk selalu berfikir kritis.

Setelah itu, menurut saya kepentingan setiap orang berbeda-beda sehingga setiap orang bisa menentukan apa yang menjadi prioritasnya. Jika tujuan utamanya untuk mendapatkan ilmu akademik dan lulus dengan cumlaude, menurut saya dia hanya perlu rajin belajar, rajin membaca buku dan mengerti karakteristik tiap dosen, itu sudah menjadi hal yang cukup. Tetapi, jika tujuannya untuk mengembangkan softskill, melatih manajemen waktu, melatih public speaking dan hobi bersosialisasi saya rasa organisasi merupakan wadah yang tepat untuk mengembangkan kemampuan diluar akademik.

Kemudian, seperti yang sudah saya jelaskan di atas bahwa semua tergantung kepada tujuan masing-masing individu. Tetapi, saran saya lebih baik untuk mengikuti organisasi baik ekstra maupun intra. Karena ada pelajaran yang tidak bisa kita dapatkan di dalam kelas. Contohnya saja, arti saling menghargai pendapat, saling tolong menolong, bagaimana berinteraksi dengan orang yang baru dikenal, belajar menghargai waktu, membangun kerjasama dan lain sebagainya.

Sebenarnya mahasiswa yang kupu-kupu atau kuliah pulang saja juga tidak selamanya terbelakang. Contohnya, seperti dia memang tidak aktif di organisasi tetapi dia ramah dan senang berbaur kepada teman lainnya yang merupakan anak organisasi, sehingga ilmu berorganisasi bisa didapatkan melalui pergaulannya sehari-hari. Dan kita tidak bisa menjustifikasi seseorang dengan mudah hanya karena dia tidak mengikuti organisasi. Tetepi, dampak langsung dari mahasiswa kupu-kupu adalah dia mempunyai waktu luang yang bisa digunakan untuk kerja part time, atau mengikuti seminar dan pelatihan di luar kampus. Dampak lain dari mahasiswa kupu-kupu adalah kurangnya relasi pertemanan, sedikitnya pengetahuan atau cara penyampaian public speaking yang baik.

Kemudian disamping dampak positif dan negatif menjadi mahasiswa kupu-kupu sudah tentu juga terdapat keuntungan jika kita menjadi mahasiwa kura-kura. Diantaranya, yaitu kita bisa mengenal karakteristik orang tiap daerah, relasi pertemanannya banyak, dalam organisasi juga terkenal dengan istilah "pressure" sehingga sangat berguna untuk persiapan kerja nanti, karena pressure kita bisa bekerja di bawah tekanan, merasa memiliki tanggung jawab lebih, mengasah analisa dan berfikir kritis dengan keadaan sekitar, melatih kemampuan berpendapat, berlatih menjadi pemimpin, mengembangkan soft skill, dan tentunya dikenal oleh dosen serta adik tingkat karena sering menjadi panitia ketika ada acara besar dan sebagainya.

Namun, perlu diingat bahwa tujuan utama di kampus adalah belajar. Organisasi hanyalah sebuah wadah penunjang bukan sasaran utama. Karena banyak sekali mahasiswa yang melupakan akademiknya karena terlena dengan sibuknya organisasi.

Jadi kesimpulannya, kita harus bisa membagi waktu antara belajar dan organisasi supaya seimbang. Karena pada dasarnya tipe mahasiswa kupu-kupu dan mahasiswa kura-kura memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Mahasiswa kupu-kupu cenderung lebih bisa fokus dalam bidang akademik. Walaupun dalam kesehariannya memiliki teman yang terbatas. Sedangkan mahasiswa kura-kura dituntut untuk bisa membagi waktu antara akademik dengan aktivitas di organisasinya. Namun, lebih cenderung memiliki relasi yang banyak. Lalu, kita akan menjadi tipe mahasiswa kupu-kupu atau kura-kura sudah tentu keputusan tersebut mau menjadi mahasiswa aktif atau tidak tergantung kepada tujuan utama dari masing-masing individu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun