Pentingnya Pendidikan Karakter
Oleh
Wajiran, S.S.,M.A.
(Kepala Pusat Pengembangan Bahasa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)
Bangsa kita telah kehilangan karakter bangsa, yaitu kepribadian. Nilai-nilai kesopanan, kejujuran, gotong royong, dan keramahan sudah mulai luntur di kalangan kita. Padahal, nilai-nilai inilah yang membedakan antara kita dengan negara lain. Ironisnya, kita lebih berbangga dengan menganut atau mengikuti karakter negara lain dibandingkan dengan karakter bangsa kita sendiri. Padahal nilai-nilai Negara lain itu tidak seutuhnya lebih baik atau sesuai dengan kepribadian bangsa kita. Gaya hidup mewah (hedonis), berpakaian minimalis (you can see), makanan cepat saji dan pergaulan bebas adalah contoh-contoh budaya barat yang sesungguhnya sangat bertentangan dengan nilai luhur bangsa kita.
Diperlukan adanya upaya yang serius untuk membentengi generasi kita terhadap serangan budaya negara lain. Meskipun ini nampak sangat mustahil, tetapi kalau tidak ada upaya sama sekali, hal ini tentu akan mengancam eksistensi negara kita. Itu sebabnya keluarga, lembaga pendidikan dan juga masyarakatperlu mencari solusi agar budaya kita tetap terjaga. Pemerintah sebagai penentu kebijakan tentunya harus mendukung setiap elemen yang bersedia berjuang untuk terjaganya nilai-nilai luhur tersebut.
Produk budaya merupakan media atau alat yang paling efektif untuk mempertahankan karakter bangsa. Dengan produk budaya berupa lagu, karya sastra, dan film, merupakan media yang sangat bagus untuk menanamkan nilai-nilai budaya secara efektif. Nilai budaya atau yang disebut karakter ini perlu diajarkan dan di jaga agar tetap menjadi ciri khas bangsa kita. Jika keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat adalah penjaga karakter bangsa, maka produk budaya adalah alat yang bisa digunakan untuk pengajaran karakter.
Kemenangan ideologis negara-negara maju, adalah hasil dari kemengan produk budaya yang bisa menyebar di seluruh dunia. Amerika dengan film-film, lagu, dan bahkan makanan mampu merambah di hampir semua lapisan masyarakat di seluruh dunia. Hal ini menunjukan bahwa produk budaya lebih efektif di dalam menanamkan nilai-nilai tertentu dalam masyarakat. Itulah sebabnya kenapa Amerika sekarang ini menjadi kiblatsemua kalangan di negeri kita. Teknologi komunikasi dan juga media massa juga memiliki sumbangan besar terhadap pendidikan karakter masyarakat. Karena dengan media inilah informasi itu menyebar di kalangan masyarakat.
Mengingat begitu pentingnya manfaat produk budaya itu, pemerintah perlu mendorong manusia-manusia kreatif yang ada di Negara ini. Dorongan pemerintah ini akan sangat berarti karena dengan begitu setiap orang akan berlomba menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi bangsa ini. Penulis, pengamat, sastrawan dan juga sutradara adalah manusia-manusia kreatif yang dapat mendidik masyarakat kita dengan hasil karyanya. Untuk itu pemerintah perlu ambil bagian untuk menggalakan produktivitas masyarakatnya dalam hal berkebudayaan. Selama yang kita dengar, pemerintah masih memprioritaskan capaian-capaian yang sifatnya pragmatis, sedangkan yang berbau kebudayaan nampak di sepelekan. Padahal secara politis, produk kebudayaan akan memiliki dampak yang lebih luas dan lebih panjang bagi kehidupan manusia.
Kita ambil contoh produk budaya yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai kemanusiaan atau yang kita sebut pendidikan karakter adalah karya sastra. Karya sastra baik yang berupa novel apalagi yang sudah difilmkan telah terbukti efektif memberi dampak psikologis yang sangat baik bagi terjaganya kepribadian bangsa. Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Ayat-ayat Cinta atau Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Sirazy merupakan contoh karya yang sangat bagus bagi penanaman nilai-nilai norma bagi masyarakat kita. Oleh karna itu, pemerintah perlu memfasilitasi atau mendorong agar generasi muda kita, menelaah atau mempelajari karya yang sangat bermanfaat ini.
Habiburahman, Andrea Hirata, dan Ahmad Fuadi adalah beberapa contoh segelintir manusia kreatif yang mampu merubah bangsa ini menjadi lebih baik. Sayangnya, perhatian pemerintah terhap karya anak bangsa ini belum begitu terlihat. Jika orang-orang Eropa atau barat telah mendorong manusia-manusia kreatif dengan berbagai penghargaan atas kreativitas mereka, kenapa di negara kita hal ini masih sangat minim. Alfred Nobel seumpanya, mendedikasikan seluruh kekayaannya untuk orang-orang yang berprestasi di berbagai bidang termasuk di dalamnya karya sastra. Ini menunjukan bahwa mereka yang berkreatifitas di dunia kebudayaan (sastrawan) dianggap memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Orientasi kita memang masih pada nilai pragmatis. Lihatlah bagaimana jika siswa kita menang dalam olimpiade matematika atau fisika. Maka pemerintah dengan berbagai usaha memberikan apresiasi yang sangat luar biasa. Padahal kemenangan itu hanya akan bersifat sesaat dan dampaknya tidak akan berpengaruh besar pada kehidupan bangsa. Sedangkan bagi seseorang yang berprestasi dalam dunia sastra, selama ini belum pernah kita dengar mendapat apresiasi sehebat bidang lain. Hal ini menunjukan bahwa kita selama ini masih memandang rendah nilai kebudayaan. Padahal sesungguhnya disinilah letak kepribadian dan keberadaban bangsa kita.
Inilah sebuah ketimpangan atau ironisme di negara kita. Jika selama ini kita khawatir akan terkikisnya identitas bangsa. Namun di sisi lain, kita tidak pernah berusahamencegah atau minimal mempertahankan norma dan etika sebagai identitas bangsa itu. Kita hanya sadar setelah mendengar hingar-bingar penolakan terhadap suatu kegiatan yang dianggap dapat merong-rong karakter kebangsaan kita. Semua itupun akan segera hilang seiring dengan isu-isu lain yang tidak pernah habis di negeri ini. Wa Allah a’lam.
Yogyakarta, 22 Mei 2012
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI