Aku ingin berlari kencang, menembus batas dan penghalang. Aku ingin terbang jauh melayang, mengikuti asa melayang-layang. Aku ingin menemukan mu. Aku ingin menjumpaimu. Agar aku menemukan kedamaian dan ketenangan. Karena keberadaan mu selalu menghantui jiwa, pikiran dan benakku.
Entah apa yang terjadi didalam diri ku. Setiap detik berlalu selalu saja terpaku. Ingin ku terbang melayang menyambangimu. Ingin rasanya menyapamu, seolah kau ada di depanku. Melihat senyummu mengembang. Menyambutku penuh dengan kasih sayang.
Aku ingin kau sirami hati ku yang gersang. Aku ingin kau terangi jalan ku yang gelap dalam benderang. Aku ingin kau jaga diriku dari keguncangan dan keolengan. Karena aku yakin hanya dirimu yang bisa mengendalikan, hidupku yang penuh kebimbangan dan ketidakpastian.
Namun apa diri ini tiada daya. Kini aku hanya termenung sendiri sambil membayangkan. Membayangkan keramahan wajah mu yang menawan. Membayangkan keibuan mu yang selalu memberikan kesejukan, kedamaian dan ketenangan.
Sungguh aku terkejut saat menemukan diri ku hanya bermimpi. Menemukan diriku hanya berkhayal diri. Menemukan kesadaran diri yang tidak akan pernah bersama mu. Kamu telah pergi jauh dan sangat jauh. Hanya kenangan yang ada dalam ingatan. Hanya harapan yang masih selalu membayang seolah engkau masih menunggu ku di depan.
Hanya Tuhan yang tahu, harapan itu masih ada. Angan itu masih kuat tertanam dalam jiwa. Harapan untuk menemukan diri mu dimanapun dan kapan pun juwa. Harapan adalah doa. Harapan adalah satu-satunya yang bisa kulakukan.
Doaku kepada Tuhan hanya satu. Suatu saat aku akan menemukan mu. Aku ingin benar-benar bersama mu. Aku ingin kamu memberi semangat dalam hidup ku. Keberadaan mu telah mampu menginspirasi dan mensupport ku dalam perjuangan kehidupan. Aku ingin keberadaan mu akan semakin memperhebat perjuangan ku dalam hidup ini.
Tuhan.... ijinkan aku menemui nya. Ijinkan aku memilikinya. Agar jiwa dan raga ini tidak gelisah. Tidak selalu merana karena kehilangan. Ijinkan jiwa yang merana menemukan muara kehidupan yang bisa menenangkan. Pertemukan kami dalam kedamaian dalam naungan mu yang penuh harap dan penuh kasih sayang ...
Samapai kapan pu aku hanya bisa berharap bahwa suatu saat harapan itu akan datang. Harapan yang saat ini menjadi impian untuk menjadi kenyataan. Kenyataan yang benar-benar bisa merubah hidup ku yang belum menentu. Karena pertemuan ku dengannya adalah pelengkap belahan jiwa ku yang hilang.
Aku ibarat belahan gelas yang terpencar yang tidak sempurna saat ini. Keberadaan ku labil. Keberadaan ku dalam kondisi membahayakan. Keberadaan ku bisa meluki orang lain. Keberadaan ku menakutkan orang lain. Keberadaan ku tidak memberikan apa-apa. Aku tidak berguna. Ibarat gelas yang pecat, tak seorang pun mau menyimpanku sebagai hiasan, apalagi mempergunakan ku untuk suatu kebutuhan.
Pertemukanlah aku ya tuhan.... Pecahan, belahan jiwa ku yang hilang. Pengembaraan ku sudah terlalu panjang. Gambaran dirinya memang sudah sering terbayang. Tapi aku tak tahu ada dimana. Aku sudah tersesat kemana-mana. Aku sudah terjerembab kemana-mana. Hanya satu yang ku inginkan; menemukan belahan ku. Menemukan pecahan jiwaku. Agar aku bisa berdiam dan tenang penuh dengan kedamaian.
Aku sadar, jika aku belum menemukan itu. Aku masih berada dalam ambang kebingungan. Aku belum menemukan muara yang dapat mengendalikan diri ku. Menenangkan diri ku. Saat ini aku masih bergolak. Saat ini akau berada dalam aliran deras yang setiap saat menerjang. mendobrak segala penghalang. Aku ingin menemukan muara kehidupan yang dapat mendamaikan hatiku, jiwa ku dan juga pikiran.
Ya Tuhan... tolong lah hamba mu ini agar bisa lebih fokus bersujud, bersyukur kepadamu. Ingin rasa aku berdamai dan penuh ketenangan. Aku ingin sekali menemukannya yang dapat membantuku. Belahan yang dapat menjagaku setiap saat. Aku ingin ada yang bisa menyirami kegersangan hatiku. Aku ingin ada yang selalu mengingatkan aku jika aku tersesat atau jika aku terdiam dalam kebingungan. Aku butuh kondektur kehidupan yang dengan penuh kasih sayang mengikuti ku, mendampingiku dan mengingatkan rambu-rambu jalan yang kadang gelap gulita dan remang-remang. Karena aku sering terlena dengan kehidupan.
Ya tuhan.... tolonglah hambamu ini.............
Yogyakarta, 31 Juli 2012
(Ditulis di sebuah angkringan “nasi kucing”; tampat yang tidak pernah tergantikan dimanapun aku berada. Disini aku menemukan kehidupan yang sesungguhnya. Kejujuran, kebersamaan, kesederhanaan, kerakyatan bahkan ketuhanan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H