Mohon tunggu...
Ahmad Wazier
Ahmad Wazier Mohon Tunggu... Dosen -

Manusia awam yang \r\npenuh dengan keterbatasan dan kebodohan. \r\n\r\nSaat ini berstatus sebagai Dosen dan Mahasiswa Program Doktor (S3) di University of Tasmania-Australia.\r\n\r\nMantan pengurus DPD IMM DIY ini menyelesaikan Pendidikan Pasca Sarjana di Universitas Gadjah Mada.\r\nPengalaman organisasi: Sekretaris Pusat Pengembangan Bahasa (dua periode), Wakil sekretaris MTDK PWM DIY dan Sekjen KAMADA, Ketua Umum KORKOM IMM, Waka 1 IMM PSH,. Jabatan terakhir sebagai Kepala Pusat Pengembangan Bahasa (2 Periode).\r\n\r\nAktivis alumnus Pondok Pesantren Ar-Ruhamaa’ ini mempunyai minat bidang kebijakan politik Amerika Serikat, ideologi dan agama.\r\n\r\nAktif di beberapa perkumpulan dan juga latihan menjadi pembicara dalam diskusi, training, seminar atau konferensi. bisa di hub di: Twitter: @WazierW wazier1279@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hampa: Kerapuhan Yang Melumpuhkan Hidup kita

23 Agustus 2012   12:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:25 6670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hampa; Kerapuhan Yang Melumpuhkan Hidup kita

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

Hampa. Saat-saat atau ketika kita merasa tidak berguna. Saat kita merasa tidak puas dengan kehidupan. Tidak puas dengan apa yang kita raih. Kadang juga karena bingung dengan segala yang terjadi dalam hidup kita. Hampa juga bisa karena ketidakpuasan kita atas respon orang lain atas diri kita, sehingga kita merasa tidak berharga, tidak berguna. Walhasil, kita sedih, merana, dan bingung dengan kehidupan kita.

Saat seperti ini, yang dibutuhkan adalah kesadaran akan makna eksistensi kita. Kita harus menyadari bahwa setiap kondisi yang kita hadapi adalah kehendak Yang Maha Kuasa. Karena memang kenyataannya kita sering tidak berkuasa atas diri kita sendiri. Kita tidak kuasa atas kehendak dan hati kita.

Tuhan menciptakan kita dengan berbagai kondisi, agar kita sadar bahwa ketergantungan kita atas Tuhan sangatlah nyata. Itu sebabnya tidak bisa kita berlaku sombong dan merasa bisa lepas dari Tuhan. Mengakui ketidakberdayaan diri adalah bagian daripada keimanan kita pada Sang Pencipta.

Kesadaran akan ketergantungan kita akan kekuasaan Tuhan, akan menjadikan kita kuat menahan emosi atas segala kondisi yang kita hadapi. Kita tidak akan berputus asa atas rahmat Tuhan, meskipun kondisi yang sedang kita hadapi tidaklah seperti apa yang kita inginkan. Di sinilah kekuatan spiritual kita bagi kehidupan ini. Itu sebabnya orang yang beriman dalam kondisi apapun, tetaplah optimis dan tidak berputus asa.

Naik turun keimanan kita ibarat air laut. Demikian juga kondisi hati kita. Kadang pasang, kadang surut. Saat surut adalah saat-saat kita mengalami krisis. Saat kondisi sulit, sedih, merasa tidak berguna adalah kondisi kritis kita dalam menjaga optimisme. Kondisi ini sering menjadikan kita merasa lelah, merasa bingung dengan langkah hidup. Kebingungan inilah yang membuat kita stagnan, berhenti melangkah. Kadang malah kita ingin menyerah, ingin berhenti dan mengalah begitu saja.

Saat-saat seperti inilah kita memerlukan dorongan dari luar diri kita. Kita membutuhkan orang lain untuk mendorong kita yang sedang “mogok”. Saat-saat seperti ini mesin penggerak dalam diri kita sedang tidak bekerja seperti semestinya. Hati kita gundah, pikiran kita kalut, jiwa kita bingung dan badan kita pun menjadi lemah. Kondisi seperti ini sering terjadi pasang surut dalam kehidupan kita. Saat kondisi ini terjadi kitapun menjadi seolah tidak berdaya untuk bangkit.

Saat dalam kondisi “mogok”, yang dibutuhkan dalam diri kita adalah bertahan. Kita harus bersabar dengan segala kondiri yang kita hadapi sambil berdoa akan ada kekuatan dari luar diri kita yang bisa mendorong dan memberi energi bagi jiwa, pikiran dan hati kita. Jika pun sampai pada titik tertentu kita belum mendapatkan rangsangan dari luar, maka kita tetap harus bersabar. Karena pada waktunya Tuhan akan membisikkan dalam jiwa kita, sehingga kita bisa bangkit, merangkak dan berjalan secara perlahan. Kekuatan inilah yang kadang sering kita rasakan dalam kehidupan. Setelah mengalami kemandegan, kita bisa bangkit secara perlahan meskipun kadang kita tidak menyadari darimana kekuatan itu datang.

Sebenarnya banyak hal yang bisa memberikan rangsangan dalam diri kita agar terhindar dari kondisi “mogok” ini. Kita membutuhkan inspirasi yang bisa memgugah kita untuk bangkit dan bergerak kembali ke arah yang ingin kita capai dalam hidup. Jika banyak orang mencari hiburan untuk merelekkan pikiran mereka, sebenarnya masih banyak cara yang bisa kita bisa melakukan. Kita bisa membaca seruan Tuhan (Al-Quan adalah obat), yang akanmenyadarkan kita untuk terus melangkah. Sehingga menggugah diri kita untuk bangun dan bangkit kembali. Selain itu kita bisa membaca sejarah perjuangan para Nabi, Kyai, Ulama, dan pejuang lainnya. Karena sejarah keprihatinan para pejuang bisa menyadarkan kita bahwa mereka lebih menderita daripada kita. Kita bisa melihat banyak orang hebat di dunia ini dikarenakan beratnya perjuangan mereka dalam menghadapi cobaan hdiup ini. Kata-kata dari orang lain (mentor) adalah cara yang paling ampuh untuk menggugah diri kita untuk bangkit. Motivasi dari para motivator ini akan menggugah diri kita untuk bangkit dan berjuang kembali. Karena semua seruan itu ibarat energy drink yang siap merangsang syaraf kita untuk kuat dan menggairahkan jiwa dan raga kita kembali untuk melangkah. Itu sebabnya dalam kehidupan ini kita harus selalu mendengar, menggali segala ilmu agar jiwa kita tidak kering, gersang dan lemah. Oleh karena itu, ilmu adalah bagian dari kekuatan dalam diri kita yang tidak akan pernah mati dan akan selalu merangsang jiwa kita untuk bergerak. Wallahua’almubishawab.

Lampung, 23 Agustus 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun