Amerika Gaungkan Perang Dunia III
Wajiran, S.S., M.A.
(Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)
Imperialisme gaya baru Amerika serikat nampaknya akan tetap berlanjut. Setelah melakukan invasi besar-besaran ke Iraq, Afganistan maka jadwal berikutnya adalah Iran. Namun demikian, karena Iran berani melakukan perlawanan, dan Amerika belum mendapat kesempatan atau alasan sebagai legitimasi untuk menyerang Iran. Nampaknya Amerika berfikir panjang untuk melakukan invasi perang kepada negara Mullah tersebut. Untuk itu perhatian Amerika pun beralih ke bagian asia, yaitu dengan menghembuskan isu yang masih sama, terorisme. Disamping terorisme, Amerika juga membuat kekacauan dengan intervensinya terhadap persoalan perbatasan di bagian Cina. Wilayah Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur sengaja dijadikan isu untuk melegitimasi negara Paman Sam untuk melakukan intervensi atas nama perdamaian dunia.
Menurut Michel Chossudovsky (2010) Amerika Serikat sejak tahun 1990 sudah mengagendakan untuk menginvasi Irak, Afganistan, Iran, Suriah, dan Libanon. Bukan hanya itu negara adidaya itupun berencana menyebarkan sayap ke wilayah China dan Korea Utara. Negara-negara yang dianggap memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat apalagi dengan kemajuan teknologi perang akan dianggap sebagai ancaman. Itu sebabnya Amerika dengan segala dalih berusaha mengintervensi semua negara yang dianggapnya akan menjadi sarang terorisme, termasuk di Indonesia.
Konflik yang melibatkan China, Filipina dan Vietnam berawal dari negara China yang mendirikan pangkalan militer di Laut Cina Selatan. Seperti yang dilaporkan Okezone.com (4/08/12) China mengumumkan membangun pemerintahan administratif di kota kecil Sansha. Selain itu mereka juga membangun garnisun atau pangkalan militer di Pulau Paracel yang masih dalam sengketa wilayah. Ulah China ini membuat berang Vietnam dan Filipina, yang menuduh China melakukan intimidasi. Ketegangan ini semakin memanas dengan keikutsertaan Amerika Serikat yang dianggap China ikut campur dalam urusan tersebut.
Selain persoalan Laut Cina Selatan, China harus berhadapan juga dengan Jepang mengenai Laut China Timur. Persoalan ini membuat hubungan kedua negara itu mengalami ketegangan. Pulau yang disebut Senkaku di jepang dan Diaoyu di China. Telah memicu protes anti Jepang di China (Harjo, 26/9/12). Konflik persoalan Laut Cina Timur ini juga meluas ke Taiwan. Taiwan turut dalam konflik ini karena para nelayan dari Thailand juga memanfaatkan pulau ini yang mereka anggap wilayah nelayan tradisional. Demikian juga Korea Selatan konon kabarnya ikut berperan juga dalam persoalan ini. Dua persoalan ini membuat China harus berhadapan dengan banyak negara akibat strategi adu domba yang dilakukan para intelejen Amerika.
Lepas dari persoalan perbatasan dan wilayah, Amerika pun memiliki andil besar terhadap kerusuhan yang terjadi di Suriah. Kasus Suriah merupakan rekayasa barat yang sengaja dibuat agar konflik internal terjadi. Beberapa sumber menyebutkan seluruh peristiwa menyedihkan yang terjadi di Suriah adalah hasil kerja sama CIA, Moassad, dan M16 yang didanai langsung oleh Amerika dan beberapa negara sekutunya. Seperti yang disampaikan oleh seorang politikus Turki, Hulya Guven, bahwa persoalan Suriah adalah intervensi asing terhadadap negera itu.
Dari semua konflik dan huru-hara yang terjadi di belahan dunia itu, kita jadi berfikir apakah Amerika juga berperan terhadap isu-isu terorisme yang ada di Indonesia? Pertanyaan ini menjadi sangat relevan, karena Amerika tidak pernah absen di hampir semua negara menggaungkan seruan-seruan perdamaian semu. Secara terselubung Amerika selalu membuat situasi tidak kondusif di negara-negara saingannya dengan tujuan melemahkan konsentrasi negara yang bersangkutan. Karena dengan begitu semua negara yang lemah akan tergantung dengan negara adidaya tersebut.
Inilah permainan kotor Amerika Serikat dengan metode adudomba yang sangat rapi dan sangat terselubung di balik program-program politik inviltrasi dan propagandanya. Karena dari semua kejadian yang ditujukan ke kelompok terorisme, sampai saat ini satupun belum ada yang terbukti. Termasuk legitimasi Amerika untuk melakukan serangan ke Iraq dengan runtuhnya gedung WTC. Runtuhnya World Trade Center adalah sebuah strategi mencari legitimasi agar Amerika dapat melakukan serangan terhadap Iraq dan Afganistan atas isu ancaman terorisme. Padahal terorisme adalah Amerika sendiri yang melakukan berbagai upaya untuk menimbulkan kekacauan melalui lembaga intelegennya yang bernama CIA dan FBI.
Sejak kisaran tahun 2008 Amerika mengalami kebangkrutan dengan adanya krisis ekonomi. Kejayaan Amerika pun akan segera digantikan oleh China yang saat ini sudah menduduki peringkat pertama sebagai negara yang merajai pasar dunia. Kenyataan inilah yang nampaknya menjadikannegara adidaya tersebut semakin gusar. Itu sebabnya Amerika melakukan segala cara agar China mengalami kebangkrutan dengan mengadudomba dengan negara-negera yang berada di dekatnya. Apakah Amerika akan mempelopori perang dunia III? Kita tunggu saja. Wallahua’lam bishawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H