Mohon tunggu...
Ahmad Wazier
Ahmad Wazier Mohon Tunggu... Dosen -

Manusia awam yang \r\npenuh dengan keterbatasan dan kebodohan. \r\n\r\nSaat ini berstatus sebagai Dosen dan Mahasiswa Program Doktor (S3) di University of Tasmania-Australia.\r\n\r\nMantan pengurus DPD IMM DIY ini menyelesaikan Pendidikan Pasca Sarjana di Universitas Gadjah Mada.\r\nPengalaman organisasi: Sekretaris Pusat Pengembangan Bahasa (dua periode), Wakil sekretaris MTDK PWM DIY dan Sekjen KAMADA, Ketua Umum KORKOM IMM, Waka 1 IMM PSH,. Jabatan terakhir sebagai Kepala Pusat Pengembangan Bahasa (2 Periode).\r\n\r\nAktivis alumnus Pondok Pesantren Ar-Ruhamaa’ ini mempunyai minat bidang kebijakan politik Amerika Serikat, ideologi dan agama.\r\n\r\nAktif di beberapa perkumpulan dan juga latihan menjadi pembicara dalam diskusi, training, seminar atau konferensi. bisa di hub di: Twitter: @WazierW wazier1279@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsistensi Kunci Kesuksesan

21 Agustus 2012   00:52 Diperbarui: 4 April 2017   16:49 9245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Konsistensi

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

Melakukan sesuatu secara konsisten adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidup. Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir. Sikap/sifat yang gigih dan rajin ini akan menjadikan seseorang yang biasa-biasa menjadi luar biasa. Demikian juga dengan pekerjaan-pekerjaan kecil, namun dilakukan secara konsisten tentu akan memberikan manfaat yang sangat besar. Konsistensi adalah kunci dalam kesuksesan dalam hidup ini. Secerdas apapun seseorang, tapi selama tidak memiliki sifat ini, tidak akan pernah menghasilkan apa-apa dalam kehidupan ini.

Kegagalan kita sering disebabkan ketidakkonsistenan kita dalam melakukan sesuatu. Kita berhenti atau bahkan berputus asa sebelum mencapai target. Hal itu karena keragu-raguan, kekhawatiran dan mungkin karena ketakutan akan kegagalan dalam diri kita.

Sikap keraguan dan kekhawatiran terhadap sesuatu yang belum terjadi adalah penyakit yang harus kita hindarkan. Karena hal ini sangat merugikan bagi kita sendiri. Keraguan dan kekhawatiran bisa menghilangkan kesempatan kita meraih sesuatu yang lebih besar dalam hidup kita. Keraguan dan kekhawatiran ini akan mengurangi energi kekuatan usaha kita, yang berakibat mengendornya perjuangan. Konsistensi itu penting karena akan memungkinkan kita meraih sesuatu secara besar.

Ironisnya, terkadang kekhawatiran kita bukan karena ada kendala atau penghalang besar di hadapan kita. Tetapi lebih lebih banyak disebabkan oleh kemalasan kita. Kita malas berfikir yang berakibat kita malas melakkan sesuatu. Inilah kesalahan dan kekalahan telak diri kita dalam hidup. Kita lebih banyak gagal karena kekalahan terhadap diri sendiri di dalam menjaga semangat dan usaha. Walhasil, hidup kita tidak mencapai sesuatu yang berarti. Kita hidup penuh dengan kekecewaan. Kedengkian menghiasi hati kita karena merasa tidak maksimal dalam hidup.

Dalam hidup kita pun sering bersikap kontradiktif menyikapi kekalahan hidup ini. Kita menyalahkan orang lian. Kita memusuhi orang-orang sukses di sekeliling kita. Kita anggap mereka telah mengambil hak kita. Padahal apa yang terjadi pada diri kita tidak pernah lepas dari sifat kemalasan kita. Kita iri dengki, dan sakit hati dengan orang lain, padahal mereka tidak berbuat apa-apa terhadap diri kita.

Jika memang kenyataannya demikian, kita harus kembali pada kesadaran kita. Kita harus kembali dengan kesadaran akan apa yang harus kita kerjakan saat ini. Prinsipnya kerjakan sekarang dan saat ini juga. Jika pekerjaan itu membutuhkan konsistensi atau usaha terusmenerus maka tetaplah konsisten. Jangan pernah berfikir sia-sia karena hasil yang kecil saat ini. Jangan hanya berorientasi pada materi duniawi sebagai tujuan pekerjaan kita. Karena itu hanya akan semakin memperberat ketidakkonsistenan kita pada perjuangan hidup. Kita harus menjalani dengan konsisten segala sesuatu yang kita fikir akan memberikan manfaat bagi kehidupan. Sekecil apapun manfaatnya (menurut kita) kita harus optimis. Terkadang sesuatu yang kecil bagi kita akan sangat besar bagi orang lain.

Jangan pernah menyepelekan sesuatu sekecil apapun itu. Apalagi yang berkaitan dengan seseorang. Nilai dan kehormatan seseorang sangat tidak bisa diukur dengan hal-hal duniawi. Saat kita memberi standar nilai seseorang dengan harta, kekakyaan, keturunan, dan status sosial tertentu hal itu tentu akan sangat salah. Karena justru kita akan sangat membutuhkan mereka (orang kecil) dalam kehidupan ini. Memanusiawikan orang akan sangat mulia. Kita akan semakin berharga dan memiliki makna dalam kehidupan saat kita bisa memberikan yang terbaik bagi orang lain. Karena itulah tujuan hakiki dalam kehidupan ini. Berdoalah kepada Allah agar hati ini diikhlaskan untuk selalu berbagi apapun yang bisa kita berikan bagi kehidupan ini.

Kembali pada konsistensi, kita harus melihat bagaimana bangunan-bangunan besar dihasilkan. Lihat juga bagaimana semut bisa membangun kerajaannya yang begitu besar dibanding tubuhnya. Bangungan-bangunan besar itu hanya akan menjadi sempurna dan gagah berdiri ketika dibangun dari fondasi yang paling dasar. Semua terlihat gagah, indah dan menawan hati bukan diciptakan dalam sekali jadi. Proses pembangunannya dimulai dari nol besar. Perlu fondasi yang tidak berbentuk, kerangka besi yang telanjang, tetapi seiring dengan proses pembangunan itu, perlahan-lahan akan mencapai pada bentuk yang indah dan semakin indah.

Begitu pulalah dengan apa yang kita kerjakan dalam mencapai tujuan hidup ini. Mungkin saat ini kita sedang membangun (membangun kepribadian), sehingga diri kita belum nampak indah. Masih banyak lobang dalam diri kita. Masih banyak kelemahan dalam diri kita. Jangan putus asa dengan kondisi ketidaksempurnaan kita saat ini, karena kita sedang membangung. Percayalah bahwa suatu saat nanti kita akan mencapai kesempurnaan (keindahan) itu. Saat kita sudah mencapai kesempurnaan bangungan dalam diri kita. Semoga!.

Lampung, 21 Agustus 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun