Mohon tunggu...
Ahmad Wazier
Ahmad Wazier Mohon Tunggu... Dosen -

Manusia awam yang \r\npenuh dengan keterbatasan dan kebodohan. \r\n\r\nSaat ini berstatus sebagai Dosen dan Mahasiswa Program Doktor (S3) di University of Tasmania-Australia.\r\n\r\nMantan pengurus DPD IMM DIY ini menyelesaikan Pendidikan Pasca Sarjana di Universitas Gadjah Mada.\r\nPengalaman organisasi: Sekretaris Pusat Pengembangan Bahasa (dua periode), Wakil sekretaris MTDK PWM DIY dan Sekjen KAMADA, Ketua Umum KORKOM IMM, Waka 1 IMM PSH,. Jabatan terakhir sebagai Kepala Pusat Pengembangan Bahasa (2 Periode).\r\n\r\nAktivis alumnus Pondok Pesantren Ar-Ruhamaa’ ini mempunyai minat bidang kebijakan politik Amerika Serikat, ideologi dan agama.\r\n\r\nAktif di beberapa perkumpulan dan juga latihan menjadi pembicara dalam diskusi, training, seminar atau konferensi. bisa di hub di: Twitter: @WazierW wazier1279@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangsa Indonesia Jadi Bancaan Negara Asing

24 Juli 2012   15:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:41 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

(Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)

Rancangan Undang-Undang Perguruan Tinggi sudah disahkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, Perguruan Tinggi asing sudah dipastikan bisa masuk dan beroperasi di negeri ini. RUU PT yang sudah menjadi undang-undang ini dengan serta merta memberikan kesempatan PT asing beroperasi di negeri ini, meskipun dengan syarat-syarat tertentu. Jika memang kenyataan demikian, maka habislah sudah riwayat bangsa ini sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Pasalnya keberadaan Perguruan Tinggi asing akan melengkapi imperialisme gaya baru di semua bidang di negeri ini.

Pada jaman penjajahan kita merasakan bahwa kehadiran orang asing di negeri ini sangat menyengsarakan. Para pendatang asing itu secara terang-terangan merampok dengan berbagai cara. Secara politis penjajah berdiplomasi menipu rakyat Indonseia agar bisa mengambil segala sumber daya alam yang ada di negeri ini. Bukan hanya itu, para imperialis pun dengan kekerasan telah merebut beberapa wilayah di negeri ini. Namun demikian, berkat tekat dan keberanian masyarakat Indonesia yang bersatu padu mampu menyapu segala musuh yang datang dari negeri asing tersebut.

Kemenangan bangsa Indonesia dari penjajah adalah berkat bersatunya antara rakyat dengan penguasa atau pemerintah di negeri ini. Kesatuan visi misi telah melahirkan sebuah perlawanan total bahwa setiap penjajahan harus dimusnahkan. Itu sebabnya di hampir semua daerah melakukan perlawanan dengan lahirnya berbagai pahlawan yang ada pada saat itu. Tidak memandang orang berkedudukan atau orang bawahan, semuanya bersatu padu menumpas penjajah.

Namun sungguh disayangkan, saat ini justru kita terlena dengan kemenangan yang sudah kita dapatkan. Saat kemerdekaan sudah kita dapatkan pada 17 Agustus 1945 (meskipun masih menjadi perdebatan tentang hal ini), bangsa kita justru terjerumus dalam keterlenaan. Keterlenaan karena para pemegang kekuasaan justru berebut pundi-pundi emas dari bangsa ini untuk kepentingan sendiri atau golongan. Kepentingan keluarga dan obsesi kekayaan diri menjadikan menjamurnya korupsi di negeri ini. Ironisnya lagi bancaan untuk kepentingan golongan juga terjadi pada proyek-proyek besar yang didanai dari uang hutangan atau pajak rakyat.

Saat para pejabat di negeri ini sibuk dengan bancaan yang melenakan, rakyat tidak terpikirkan. Walhasil, ideologi yang termanifestasikan dalam undang-undang pun menjadi slogan belaka. Rakyat hanya dihibur dengan berbagai produk undang-undang tetapi kering aplikasi dan manifestasi. Ironis lagi undang-undang hanya menguntungkan pihak-pihak pemegang kekuasaan dan pemilik modal. Sedangkan rakyat tetaplah rakyat jelata yang dianggap tidak penting dan dijadikan korban kepentingan politik. Rakyat ditipu dan diperas habis-habisan.

Bukti ketidakseriusan pemerintah melindungi dan memperhatikan kepentingan rakyat adalah ketidak seriussan pemerintah di dalam membangun bangsa ini. Baik secara fisik maupun mental pemerintah telah gagal memberikan pelayanan kepada masyarakat. Secara ideologis pemerintah jelas tidak pernah memperhatikan pentingannya menjaga amanat para pendiri negeri ini. Ideologi Pancasila dianggap tidak penting sehingga dikesampingkan dan diabaikan begitu saja. Akhirnya rakyat pun dengan caranya sendiri melakukan langkah-langkah dengan inisiatif sendiri membentuk organisasi-organisasi yang dianggap dapat mengakomodasi kepentingan mereka. Hasilnya organisasi non-pemerintah ini sering dianggap melakukan tindakan-tindakan pelanggaran hukum dan dianggap membangkang terhadap pemerintah.

Pengabaian pemerintah terhadap rakyat juga dapat dilihat dari tidak meratanya pembangunan di negeri ini. Sebagai negara yang makmur dengan Sumber Daya Alam yang melimpah ruah, tetapi kenyataanya infrastruktur di negeri ini sangat buruk. Bukan hanya di daerah-daerah pinggiran atau perbatasan, di kota besar pun nampak tidak terurus dan semrawut. Inilah bukti bahwa para pejabat di pemerintahan kita masih mementingkan kepentingan sendiri dan golonganya daripada rakyat yang sudah menopang keberadaan banngsa dan negara ini dengan jiwa dan raga mereka.

Keterlenaan para pejabat juga menjadikan kita lengah terhadap penjajah dari bangsa lain. Saat ini sudah hampir semua bidang kita dijajah habis-habisan oleh orang asing. Dalam bidang ekonomi atau perdagangan kita dijajah oleh Cina dan Jepang. Produk-produk konsumsi sampai alat-alat teknologi canggih mengalir dari Cina. Sedangkan produk transporatasi roda dua sampai roda empat di dominasi oleh Jepang. Meskipun di negeri sendiri, dalam bidang perdagangan kita jelas kita jauh tertinggal dengan dua negara ini. Terbukti produk-produk mereka lebih laris di negeri ini.

Malaysia selama ini hanya kita kenal sebagai negara pengklaim kebudayan kita. Tetapi ternyata negara ini memiliki peran juga terhadap penjajahan di negeri ini. Dalam bidang pertanian ternyata kita pun dijajah oleh negera ini. Di daerah-daerah pertanian telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing atau perseorang pemegang model besar yang banyak datang dari Negeri Jiran ini. Malaysia adalah negara yang ternyata sangat banyak berinvestasi di bidang pertanian. Dari kelapa sawit, kopi, karet dan hasil pertanian lainnya yang hasilnya akan ditampung di Negara Petronas itu.

Penderitaan rakyat Indonesia tidak sampai disitu, Amerika dengan perusahaan pertambangannya juga berusaha merongrong Bumi Pertiwi. Dengan bendera Exonmobile, Chevron, Freeport dan lainnya telah mengeksplorasi seluruh sendi bumi ini dengan pendapatan yang luar biasa. Ironisnya, kekayaan bumi Indonesia ini hampir pasti hanya untuk kemakmuran negara asal perusahaan tersebut. Terbukti keberadaan Freeport selalu menjadi masalah besar bahkan isu separatisme, karena keberadaan perusahaan itu tidak pernah memberi sumbangsih berarti bagi penduduk setempat. Kadang malah sebaliknya, rakyat jelata di dekat Freeport menjadi korban eksplorasi perusahaan itu dengan tanpa kompensasi sedikit pun. Inilah yang sering menyulut kemarahan warga daerah itu dengan berbagai alasan.

Dari semua pengalaman dan penderitaan yang kita alami, harusnya para pemegang kebijakan di negeri ini sadar bahwa bangsa ini ada bukan sebuah kebetulan. Tapi pengorbanan harta, jiwa dan raga telah dilakukan para pendiri bangsa yang kaya raya ini. Itu sebabnya diperlukan pemimpin-pemimpin yang sadar akan kedaulatan dan harkat bangsa ini. Penindasan dan pemerasan pemerasan terhadap rakyat harus segara kita hapuskan dari negeri ini, karena itu hanya akan menghancurkan bangsa dan negara ini sebagia negara yang berdaulat.

Sudah saatnya bangsa ini berdiri di atas kaki sendiri dengan keyakinan bahwa kemajuan masyarakat Indonesia bisa mengolah sendiri kekayaan alam di negeri ini. Kalaupun terpaksa bekerjasama dengan pihak asing, maka pembagian hasil harus sesuai dengan kepentingan bangsa dan negara ini. Bagaimanapun apa yang terdapat didarat, laut dan udara teritori ini adalah kekayaan yang harus diperuntukan bagi manusia-manusia di negeri ini. Itu sebabnya segala bentuk perniagaan yang hanya menguntungkan negara lain atau segelintir orang di negeri ini adalah sebuah bentuk penjajahan gaya baru yang harus segera kita musnahkan bersama. Wallahu A’lam bish shawab.

Yogyakarta, 24 Juli 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun