"Cross-cutting exposure" : Partisi Sistem Kebudayaan atau; Politik ?Â
"Cross-cutting exposure"Â adalah konsep penting dalam ilmu politik dan sosiologi yang merujuk pada paparan atau interaksi individu dengan pandangan, ide, atau perspektif politik yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan pandangan mereka sendiri. Konsep ini dikembangkan dan dipopulerkan oleh Diana Mutz dalam bukunya "Hearing the Other Side: Deliberative versus Participatory Democracy" (2006).
Berikut adalah beberapa aspek penting dari "cross-cutting exposure":
Secara, definisi, apa yang di sebut sebagai, "Cross -cutting exposure" adalah, paparan terhadap pandangan politik yang beragam dan berbeda dari pandangan sendiri melalui interaksi sosial atau konsumsi media. Diantaranya, adalah bertujuan, untuk mengurangi polarisasi politik, meningkatkan toleransi terhadap perbedaan pendapat, dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai perspektif politik. Dan secara umum memunculkan realitas dalam mekanisme, yang dapat terjadi melalui diskusi interpersonal, media yang beragam, atau lingkungan sosial yang heterogen. Sebagai, dampak, dalam meningkatkan pemahaman terhadap argumen pihak lain, dan atau mengurangi ekstremisme politik. Juga, sekaligus, mendorong pemikiran kritis tentang keyakinan politik sendiri. Sehingga, meningkatkan kemampuan untuk berkompromi dan mencapai konsensus
Di dalam era digital, algoritma media sosial dan preferensi personal sering menciptakan "echo chambers" yang menghambat cross-cutting exposure. Dan, aplikasi praktis, seperti halnya, kebijakan yang mendorong keragaman dalam pendidikan, tempat kerja, dan ruang publik dapat meningkatkan peluang untuk cross-cutting exposure.
Dalam hal kritik terhdap konsep ini ialah, berupa, kritik, ke beberapa penelitian menunjukkan bahwa cross-cutting exposure dapat juga meningkatkan ketidakpastian politik dan mengurangi partisipasi politik dalam beberapa kasus. Dari parameter, terhadap, relevansi kontemporer, dan dalam era polarisasi politik yang meningkat, cross-cutting exposure dianggap sebagai salah satu cara potensial untuk menjembatani perbedaan dan memperkuat demokrasi deliberatif. Meskipun secara konsep, bahwa konsep ini, kemudian menjadi, penting dalam memahami dinamika opini publik, polarisasi politik, dan fungsi demokrasi dalam masyarakat yang beragam. Mendorong cross-cutting exposure dapat menjadi strategi untuk mengatasi partisi dalam sistem kebudayaan politik dan mempromosikan dialog yang lebih konstruktif antar kelompok politik yang berbeda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI